Profil batik keraton cenderung tertib dan simetris, dengan warna-warna yang terbatas pada warna putih mori, hitam, nila dan soga.
Tidak semua perusahaan batik dapat memenuhi tuntutan kehalusan batik keraton, akan tetapi ada seorang tokoh yang mempunyai kepedulian terhadap pelestarian batik dengan corak klasik khas keraton Kasunanan, yaitu Go Tik Swan.
Berawal saat Go Tik Swan kuliah di Universitas Indonesia di jurusan Sastra Jawa, minatnya di dunia seni semakin berkembang khususnya di dunia tari.
Baca Juga: Prediksi Liga Inggris Man Utd vs Leicester City: Persiapan dan Perkiraan Daftar Pemain Kedua Tim
Ia aktif di kegiatan kemahasiswaan, bahkan berkesempatan untuk menari tarian Jawa di Istana Negara yang disaksikan langsung oleh presiden Soekarno.
Kepiawaiannya dalam menari, membuat Presiden Soekarno terkesan dan akhirnya keduanya berkenalan dan menjadi dekat.
Keterampilan Go Tik Swan dalam dunia perbatikan juga mendapat perhatian dari Presiden Soekarno. Tahun 1950, pada saat Indonesia baru saja merdeka, Soekarno menyarankan agar Go Tik Swan menciptakan batik baru yang bukan batik Solo atau Yogya.
Juga, bukan batik Pekalongan, batik Cirebon, batik Lasem, atau lain-lainnya, tetapi “Batik Indonesia” yang menampilkan pesan persatuan Indonesia.
Salah satu alasan Presiden Soekarno memberi perintah Go Tik Swan untuk membuat “Batik Indonesia” adalah mengetahui fakta bahwa ia berasal dari keluarga pengusaha dan pembuat batik.