Sekolah Tatap Muka Belum Dibolehkan di Masa Pandemi Covid-19, Putra Nababan: Kenapa Harus Memaksakan Diri?

1 Februari 2021, 13:45 WIB
Anggota Komisi X DPR RI Putra Nababan saat melakukan kunjungan spesifik Komisi X DPR RI ke Kota Cilegon, Jumat, 29 Januari 2021 menanggapi perihal sekolah tatap muka di masa pandemi Covid-19.* /DPR RI

PR CIREBON - Sebagai upaya untuk menekan laju penyebaran virus corona atau Covid-19 yang kian meningkat, pemerintah Indonesia hingga saat ini terus melakukan pengetatan terhadap sejumlah instansi yang dapat menimbulkan kerumunan.

Proses pembelajaran tatap muka di sekolah menjadi salah satu yang terdampak adanya Covid-19.

Terkait pembelajaran tatap muka di sekolah yang hingga kini masih belum dibolehkan karena adanya pandemi Covid-19, anggota Komisi X DPR RI Putra Nababan pun ikut memberikan tanggapannya.

Baca Juga: Harlah Ke-95 NU, Megawati Soekarnoputri Kenang Kedekatan Bung Karno dengan Tokoh Pendiri NU: Tidak Akan Lupa

Dikutip Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari laman DPR RI, Putra Nababan mengatakan bahwa pandemi ini justru adalah waktu dimana kita harus saling menguatkan, dan jangan melawan pandemi itu sendiri.

Hal itu disampaikan Putra Nababan saat melakukan kunjungan spesifik Komisi X DPR RI ke Kota Cilegon, Jumat, 29 Januari 2021.

“Kenapa kita memaksakan diri untuk tetap sekolah bertatap muka, terus kita memaksakan diri untuk hadir fisik, untuk kuliah secara fisik dan bekerja secara fisik dan lain sebagainya," ujar Putra Nababan.

Baca Juga: Dapat Bantuan Sembako dari Kemensos, Warga Baduy Hanya Mau Terima Beras dan Tolak Bahan Pokok Lain

"Padahal kita tahu bahwa kita baru punya vaksin dan baru menuju ke tahap suntikan kedua,” lanjutnya.

Dalam kunjungan tersebut, selain untuk menyerap aspirasi terkait pendidikan, juga untuk membesarkan hati para pendidik agar tidak patah semangat dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini.

Sebab, pandemi Covid-19 tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan terjadi di seluruh penjuru dunia.

Baca Juga: Akui PPKM Tidak Efektif, Presiden Jokowi: Implementasinya Tidak Tegas dan Tidak Konsisten

Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu mengajak untuk bersama-sama turut menguatkan semua elemen pendidikan seperti guru, anak didik dan tak kalah pentingnya saat ini adalah orang tua.

“Orang tua itu tidak pernah menempuh pendidikan sebagai guru, mereka tidak pernah disiapkan sebagai tenaga didik tapi mereka mendadak langsung jadi pendidik, langsung jadi guru di rumah masing-masing,” ucapnya.

Ia melanjutkan, peran dan keberadaan orang tua dalam mengawal pendidikan anak memang sering terlupakan.

Baca Juga: BMKG: Perubahan Iklim Jangka Panjang Telah Terjadi di Indonesia Sebabkan Cuaca Ekstrem

Kalau guru dan orang tua bisa bersatu, bisa kompak, bisa bersama-sama, tentunya mereka bisa mengawal pendidikan anak-anaknya.

Putra menilai, para pelajar saat ini sebenarnya tidak banyak yang melakukan protes, mereka sudah cukup adaptif dengan apa yang sedang dihadapi sekarang.

“Yang banyak kita dengarkan protes itu justru dari orang tua dan guru. Kenapa? Guru belum mampu menyesuaikan diri bagaimana cara mengajar secara daring. Orang tua yang terbiasa ditinggal anaknya bersekolah selama 7 sampai 9 jam, mendadak ada anak di rumah dari pagi sampai siang bahkan sampai sore," paparnya.

"Nah ini, penyesuaian seperti ini menurut saya akan memakan waktu agak lama. Bagaimana guru, orang tua dan anak didik kita bisa menyesuaikan,” pungkas Putra Nababan.***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: DPR RI

Tags

Terkini

Terpopuler