"Jangan memahami definisi ancaman secara sempit, seolah olah intelijen hanya boleh mengurusi penjahat dan teroris, itu pandangan yang sempit, kuno dan ketinggalan jaman, jelas Direktur The Indonesia Intelligence Institute itu.
Apalagi, setiap kegiatan BIN wajib dilaporkan pada Komisi 1 DPR sebagai perwakilan rakyat, sehingga masyarakat tak perlu berpolemik soal itu lagi.
"Sejauh yang saya dengar, DPR justru memgapresiasi kerja BIN yang memperbanyak tes dan tracing di berbagai wilayah di Indonesia, "katanya.
Baca Juga: Makin Berani Bongkar Kejanggalan Data Covid-19 Surabaya, dr Tirta Minta Pemprov Jatim Klarifikasi
Namun demikian, soal perbedaan hasil tes swab, menurut Ridlwan, sangat mungkin terjadi karena perbedaan alat maupun standar pengukuran load virus.
"Jika seseorang diperiksa di hari Senin masih positif, lalu tes di hari Selasa sudah negatif, ada waktu 24 jam yang menentukan kadar sisa virus atau load virus, dalam istilah medis disebut Ct, " paparnya.
Dengan demikian, tindakan BIN yang memperbanyak swab tes dan tracing menurut Ridlwan sejalan dengan ide kalangan LSM dan aktivis kesehatan yang selama ini mendesak pemerintah memperbanyak tes.
"BIN tampaknya mendengar saran para SJW atau social justice warrior yang selama ini besuara di media sosial, ini terobosan yang baik dalam organisasi intelijen," jelasnya
Baca Juga: Warga Indonesia Selalu 'Kagetan' saat Isu Tsunami Muncul, BMKG: Kurang Literasi Buat Salah Paham
Sementara itu, lembaga yang mencetak BIN itu, STIN akan segera membuka khusus S2 Intelijen Medis agar agen agen BIN lebih terlatih menghadapi pandemi.