PR CIREBON - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini sejak awal menjabat lebih memilih bungkam akan penolakan membangun tol dalam kota, meski kondisi Kota Pahlawan sangat membutuhkan jalan bebas hambatan di tengah kemacetan yang kian parah tiap tahunnya.
Namun rupanya, Risma memilih bicara sebagai akhir dari kebungkamannya selama beberapa tahun terakhir, tepatnya Risma membeberkan alasan utama untuk selalu menolak tol tengah kota.
Dengan gamblang, ia menyatakan adanya tol tengah kota akan membebani warga, sekaligus hanya membuat Surabaya menjadi kota mahal yang berdampak pada kesenjangan sosial di masyarakat.
Baca Juga: Gelar Doktor Refly Harun Dipertanyakan, Hanura: Penyimpangan Istilah Makar Bukti Pemahaman Sempit
"Kenapa saya menolak jalan tol? Karena, saya melihat bahwa warga saya minimal 20 tahun ke depan ini naik motor. Misalkan dibuka tol, sepeda motor bisa masuk, tapi kan bayar. Kalau dia untuk kerja saja bayar, padahal dia pendapatannya belum mesti. Kalau dia bayar kapan sejahteranya dia, itu harus dihitung," ungkap Risma, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Warta Ekonomi.
Lebih lanjut, ia menilai citra Surabaya yang berubah menjadi kota mahal akan berdampak buruk dengan menimbulkan jurang kesenjangan sosial.
"Kalau kota ini menjadi mahal, kota itu tidak akan menjadi efisien. Akhirnya, yang mampu yang bertahan. Dampaknya, kota ini rentan sekali terhadap kericuhan. Karena apa? Kesenjangan tadi, nanti akan memudahkan orang terjadi demo, amarah. Teorinya ada, aku tidak ngawur. Jadi semua itu harus dihitung," tegasnya.
Baca Juga: Rakyat Papua Menjerit, Natalius Pigai: Presiden Jokowi, Salah Kami Apa hingga Selalu Dibantai ?
Kemudian alasan kedua, pembangunan koridor tol tengah kota yang dibuat masif jalur Utara–Selatan, tentunya akan berdampak pada kesulitan warga mendapat air bersih. Pasalnya, jalur tol akan mengganggu sistem aliran air yang ada di Kota Surabaya.
"Kalau ini dibangun, akan sulit aliran-aliran air itu. Pasti ada konstruksi-konstruksi yang akan memengaruhi hambatan-hambatan tadi," tambah Risma.