Baca Juga: Anjing dan Kucing Agresif hingga Menggigit Selama Pandemi, Tiongkok Justru Kekurangan Vaksin Rabies
Meskipun programnya banyak mengundang polemik, tapi Nadiem meyakini dapat menjalankan program ini dengan berhasil.
"Kami yakin penguatan gotong-royong membangun pendidikan ini dapat mempercepat reformasi pendidikan nasional yang diharapkan kita semua," tegas Nadiem.
Sebagai informasi, POP Kemendikbud menjadi sorotan masyarakat pasca mundurnya Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, LP Ma’arif NU dan Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Baca Juga: Dibiayai Negara untuk Pengobatan Matanya, Novel Baswedan Didesak Kembalikan Biaya Rp3,5 Miliar
Masing masing organisasi masyarakat (ormas) tersebut dalam keterangan resminya menyatakan, terdapat banyak pertimbangan dan catatan hingga akhirnya memutuskan untuk mundur dari Program POP.
"Ada organisasi besar yang konon CSR suatu perusahaan, ada juga lembaga mungkin ada kedekatan dengan pejabat di dalam. Nah ini kita pertanyakan, apakah proses verifikasi dan seleksi ini transparan? Bisa dipercaya?," ungkap Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah, Kasiyarno dalam pernyataan pada Rabu, 22 Juli 2020 pekan lalu.
Bila menilik programnya sendiri, POP Kemendikbud merupakan program peningkatan kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang dilakukan ormas dengan dana hibah dari pemerintah senilai total Rp595 miliar.
Baca Juga: Fakta Menarik Bang Yedam, Vokalis TREASURE Bersuara Emas yang Raih Kesuksesan Lewat Debut Solo
Untuk aturannya, ormas lolos seleksi akan diberi dana besarnya dibagi sejumlah kategori, yakni kategori gajah diberi dana hingga Rp20 miliar per ormas, Kategori Macan diberikan Rp 5miliar, dan Kategori Kijang hanya Rp1 miliar.