SABACIREBON-Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani memperingatkan tentang krisis global yang akan dihadapi berbagai negara.
Banyak negara yang akan kesulitan, terutama dalam masalah keuangan. Bahkan tidak mustahil akan ada negara yang bangkrut. Negara itu dalam kondisi yang sangat rentan secara finansial.
Hal itu dilaporkan oleh Dana Moneter International (IMF), berdasarkan indikator peningkatan inflasi global, yang dibarengi dengan pengetatan moneter negara maju. Bisa jadi negara-negara yang berpenghasilan rendah segera terdampak.
Baca Juga: Kader PDIP Masih Bicara Koalisi.. Out, Kata Megawati
Peringatan yang sama juga dilontarkan Presiden Joko Widodo saat berbicara di Rakernas II PDIP di Lenteng Agung, Jakarta Selasa siang ini.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berbicara soal krisis yang tengah dihadapi negara-negara di dunia. Menurutnya kondisi dunia saat ini serba tidak pasti dan makin mengerikan.
"Dunia sekarang ini penuh dengan ketidakpastian. Dunia dalam keadaan yang sangat-sangat sulit kalau kita tahu betul masalah yang ada sekarang ini semakin tahu, semakin ngeri," kata Jokowi seperti yang dilaporkan Pikiran Rakyat.Com
Baca Juga: Liga Santri PSSI 2022 Resmi Dibuka KSAD, Prosesi Acara Ditandai Atraksi Pesawat Udara TNI AL
Rasio utang pemerintah bahkan mengalami penurunan, di mana posisi utang pemerintah pada April 2022 tercatat sebesar Rp7.040,32 triliun, atau mencapai 39,9 persen dari PDB.
“Dengan penerimaan kuat yang kita nikmati karena commodity boom, rasio utang kita terhadap PDB sebenarnya sekarang turun menjadi 38 persen dari PDB,” katanya dalam acara UI International Conference on G20.
Sri Mulyani menjelaskan, banyak negara di dunia harus meningkatkan utang secara drastis karena tidak memiliki pilihan lain, terutama untuk menangani dampak dari pandemi Covid-19 yang menyebabkan terhentinya kegiatan perekonomian. Dalam hal ini, defisit anggaran juga menjadi tidak terhindarkan.
Kondisi ini menyebabkan peningkatan utang, bahkan termasuk negara yang sebelum pandemi Covid-19 telah memiliki rasio utang yang tinggi.***