Jangan jadikan idul fitri sebagai ajang untuk pamer kekayaan, menumpuk makanan, memperbanyak berbagai atribut untuk mempercantik penampilan dan hal-hal lainnya untuk mempertegaskan kelebihan atas golongan/umat lain.
Jadikan silaturahmi untuk memmuluskan langkah menuju kasih sayang Allah. Jangan hendaknya silaturahmi yang terputus, menggugurkan pencapaian selama bulan puasa.
Tapi apakah silaturahmi harus dalam Idul Fitri? Ustad Abdul Somad menyatakan tidak mesti. Apakah yakin, Malaikat maut tidak datang lebih awal sebelum hilal Idul Fitri?, kata Ustad mengingatkan.
Begitu pentingnya rahmat Allah, dibanggakan Allah kepada malaikatnya. Ustad Abdul menggambarkan tentang sekelompok orang yang berkumpul di mesjid. Membaca Al Quran. Menelaah isinya, mengkaji isinya. Lalu turun rahmat kepada mereka, rahmat meliputi mereka. Kelompok itu dibanggakan Allah kepada malaikat yang mengelilingi mereka. Rahmat tidak turun kepada orang yang memutus silaturahmi.
Tidak mengenal batas
Silaturahmi diartikan sebagai perekat, mempersatukan sesuatu yang sudah terputus. Juga diartikan pengikat. Kodratnya tetap bersatu, jadi jangan dipisah.
Islam tidak mengajarkan perbedaan antar suku, sebagai kendala untuk merajut hubungan.
Baca Juga: Saat Lebaran Sampah pun Bertumpuk Kang Pisman Solusinya
Berbeda suku, misalnya Batak dengan Jawa atau Sunda dengan Melayu dan Minang dengan Ujungpandang bukan dasar untuk memutus silaturahmi.