Indonesia Optimis Capai Emisi Nol Bersih di Tahun 2060 atau Lebih Cepat, Luhut Pandjaitan: Saya Tidak Ragu

- 28 Juli 2021, 06:30 WIB
Indonesia menyatakan negara optimis mencapai emisi nol bersih di tahun 2060 atau kemungkinan bisa lebih awal.
Indonesia menyatakan negara optimis mencapai emisi nol bersih di tahun 2060 atau kemungkinan bisa lebih awal. /Pixabay.com/marcinjozwiak

PR CIREBON — Indonesia menyatakan optimis bisa mencapai target nol emisi bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat.

Pernyataan itu dikemukakan Pemerintah Indonesia dalam seminar virtual dengan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa 27 Juli 2021 yang dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Reuters.

Pemerintah Indonesia pun memaparkan tujuan iklim yang ditentukan secara nasional ke PBB.

Baca Juga: Greysia Polii dan Apriyani Rahayu Kalahkan Pebulutangkis Nomor 1 Dunia, Kuncinya: ‘Seperti Pasangan Menikah’

Salah satunya yakni, target nol emisi bersih yang baru setidaknya satu dekade lebih awal dari target 2070, seperti diungkapkan Presiden Joko Widodo pada bulan Maret lalu.

Sementara Indonesia mempertahankan target utama untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 41 persen pada tahun 2030 dengan bantuan internasional.

Setelah memperbarui langkah-langkah adaptasinya dan memasukkan strategi jangka panjang baru untuk pembangunan rendah karbon dalam dokumen yang diajukan ke PBB minggu lalu.

Baca Juga: Hasil Tes Antigen Positif Covid-19 Masih Perlukah Cek PCR? Berikut Penjelasan dr. Adam Prabata

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Pandjaitan mengatakan pada seminar virtual tersebut, bahwa dia optimis Indonesia, penghasil gas rumah kaca terbesar kedelapan di dunia, dapat mencapai emisi nol bersih dalam 50 tahun.

“Saya tidak ragu. Sebelumnya kami menargetkan 2070, tetapi sekarang kami menargetkan 2060 atau lebih cepat setelah diskusi mendalam kami dengan John Kerry,” kata Luhut Pandjaitan, merujuk pada utusan iklim AS.

Menko Marves juga menerangkan, tentang sektor energi, bahwa Pemerintah Indonesia berencana untuk berhenti menggunakan batu bara, minyak dan gas pada tahun 2060.

Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 Terancam Dibatalkan! Jepang Cetak Rekor 2848 Kasus Covid-19 Akibat Varian Delta

Hal ini bertujuan untuk memenuhi 85 persen kebutuhan energinya dari sumber terbarukan dan sisanya dari energi nuklir.

Indonesia, pengekspor batu bara termal terbesar dunia, saat ini memperoleh 60 persen energinya dari batu bara.

Luhut Pandjaitan mengatakan Indonesia juga sedang mempertimbangkan untuk memanfaatkan penyimpanan energi dan teknologi sel bahan bakar hidrogen.

Baca Juga: Diminta Jujur oleh sang Anak, Nagita Slavina Beri Jawaban Menohok untuk Rafathar: Bisa Bikin Pinter Engga?

Kemudian, pembangkit listrik tenaga air besar (PLTA) di Kalimantan Utara diharapkan mulai dibangun pada Oktober untuk mendukung kontribusi energi terbarukan.

Sementara, Indonesia pada tahun 2020 telah mengurangi deforestasi ke tingkat terendah dalam dekade terakhir, menurut direktur World Resources Institute Indonesia Tjokorda Nirarta Samadhi mengatakan harus meningkatkan upaya untuk mengatasi krisis iklim.

“WRI merekomendasikan Indonesia untuk maju sebelum COP26 pada bulan November untuk berkomitmen menghentikan investasi di pembangkit batubara baru dan mencapai nol deforestasi pada tahun 2030, ditambah dengan reboisasi yang substansial,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 2021, juga dikenal sebagai COP26, dijadwalkan akan diadakan di Glasgow pada bulan November.***

Editor: Aliyah Bajrie

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x