Network
PR CIREBON – Ada sejumlah vaksin Covid-19 yang ada di Tanah Air, mulai dari Sinovac hingga AstraZeneca.
Masing-masing vaksin Covid-19 tersebut mempunyai tingkat efektivitas yang berbeda karena dari pengembang atau perusahaan yang berbeda pula.
Tak sedikit masyarakat yang khawatir dengan jenis vaksin Covid-19 apa yang disuntikkan ke tubuh mereka.
Baca Juga: Pangeran Harry dan Meghan Markle Akan Tunggu Keadaan Membaik Demi Ingin Lilibet Dibaptis di Windsor
Di luar negeri pun, banyak masyarakat yang percaya dengan satu vaksin dan justru khawatir dengan vaksin lain karena menganggap tidak memiliki efektivitas yang tinggi dalam menangkal Covid-19.
Namun, kini vaksinasi Covid-19 sangat diperlukan terlepas dari merek apa vaksin tersebut.
Menurut dr. Faheem Younus, merek vaksin apapun itu tidak masalah asalkan tersedia.
Baca Juga: Ucapkan Selamat Milad ke-112 Muhammadiyah, Erick Thohir: Turut Memberikan Warna Bagi Kemajuan Negeri
Hal itu diungkapkan dr. Faheem Younus melalui keterangan tertulis di akun Twitter pribadinya pada Senin, 19 Juli 2021.
“Lalu SEKARANG harus vaksin AZ/Pfizer/Moderna atau? Apapun yang tersedia SEKARANG saja,” kata ilmuwan dan dokter dari University of Maryland School of Medicine Health itu.
dr. Faheem Younus mengatakan bahwa rekomendasi vaksin bisa berubah sewaktu-waktu, sehingga vaksin apapun tidak masalah digunakan sekarang.
“Rekomendasi bisa berubah sewaktu-waktu. Semua vaksin aman,” ujarnya.
“Perlindungan cukup sekarang lebih baik daripada perlindungan yang terbaik nanti,” tambahnya.
Baca Juga: Simak! 3 Resep Minuman yang Dapat Membuang Racun dalam Tubuh Anda Secara Efektif!
Sementara itu, Dokter spesialis penyakit menular di Wexner Medical Center di Ohio State University, Carlos Malvestutto mengatakan orang yang tidak divaksinasi sangat rentan terpapar varian Delta.
Menurut dia, varian Delta menular lebih cepat dan mungkin menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Terutamanya jika menulari orang yang belum disuntik vaksin Covid-19.
“Sekarang ada data yang keluar dari Inggris dan Skotlandia yang menunjukkan bahwa tingkat keparahan penyakit dapat meningkat, dan mungkin mengarah pada peningkatan risiko rawat inap," ungkap Malvestutto seperti dikutip dari Huffpost.***
