Menurut Riset, Setidaknya Ada 5 Faktor Penyebab Kasus Covid-19 pada Anak Naik Drastis di Indonesia

- 30 Juni 2021, 05:00 WIB
Ilustrasi Covid-19/Mari simak bersama, setidaknya ada lima faktor yang dapat memicu ledakan kasus Covid-19 yang terjadi pada anak-anak.
Ilustrasi Covid-19/Mari simak bersama, setidaknya ada lima faktor yang dapat memicu ledakan kasus Covid-19 yang terjadi pada anak-anak. /Pixabay/iXimus

PR CIREBON - Baru-baru ini, Ketua Departemen Manajemen Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Irwandy menjabarkan penelitiannya perihal kasus Covid-19 terhadap anak-anak.

Irwandy mengatakan bahwa peningkatan angka kasus infeksi dan kematian akibat Covid-19 pada anak sangat mengkhawatirkan.

Lebih lanjut, Irwandy menuliskan bahwa Direktur Eksekutif Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) Henrietta Fore mengatakan saat ini di dunia setiap menit ada sekitar empat anak usia di bawah lima tahun meninggal akibat dampak langsung dari Covid-19.

Baca Juga: Hubungan Amerika Serikat dan Iran Memanas Setelah Presiden AS Joe Biden Melancarkan Serangan Udara

Irwandy mengungkapkan bahwa di Indonesia, angka kematian anak akibat Covid-19 mencapai 1,2 persen dari 676 kasus hingga Juni 2021.

Sementara itu, jumlah anak yang telah terinfeksi sekitar 250 ribuan anak mencapai 12,6 persen dari total kasus.

"Artinya, sejak SARS-CoV-2 pertama kali masuk ke Indonesia, pada Maret 2020, hingga akhir Juni 2021, rata-rata setiap harinya ada 500an anak yang terinfeksi," kata Irwandy yang dikutip oleh PikiranRakyat-Cirebon.com dari The Conversation.

Baca Juga: Meski Enggan Beberkan Hasil Tes DNA sang Anak, Rizki DA Mengaku Hubungannya dengan Nadya Mustika Membaik

Setidaknya ada lima faktor yang dapat memicu ledakan kasus COVID pada anak yakni:

1. Tren peningkatan kasus secara umum

Saat ini jumlah kasus positif pada anak usia 0-18 tahun terus memperlihatkan tren naik. 

Pada Juli 2020, pemerintah melaporkan kasus infeksi pada anak hanya 5 persen dari total kasus.

Baca Juga: Dalam Lubuk Hatinya Ingin Miliki Buah Hati Perempuan, Raffi Ahmad: Takutnya Nanti Dosa Saya Malah ke Anak

Jumlah ini lalu meningkat pada Desember 2020 menjadi 11,3 persen. 

Selanjutnya pada akhir Juni 2021 naik lebih tinggi menjadi 12,6 persen dari total kasus.

Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah tercatat sebagai daerah dengan angka kasus infeksi yang melebihi rata-rata persentase nasional. 

Baca Juga: Singgung Soal Lockdown, Zubairi Djoerban: Tidak Ada Kata Terlambat Ketimbang Setengah-setengah

Sementara itu, Jawa Barat ada lebih 53 ribu anak yang telah terinfeksi atau 15,2 persen dari total kasus.

Sedangkan, di Jawa Tengah persentase kasus pada anak tercatat sebesar 12,8 persen atau hampir 30 ribu anak.

Pada pertengahan Juni, di DKI Jakarta sekitar 16 persen atau 661 kasus dari 4.144 kasus aktif pada hari itu terjadi pada anak-anak. 

Baca Juga: Armand Maulana Sampaikan Kabar Duka: Innalillahi Waina Ilaihi Rojiun

Sebanyak 144 kasus di antaranya anak di bawah usia lima tahun.

Pada kelompok anak jumlah kasus terbesar terjadi pada usia 7-12 tahun dan 16-18 tahun. 

Namun angka kematian terbesar terjadi pada kelompok umur 0-2 tahun, diikuti oleh kelompok usia 16-18 tahun.

Baca Juga: Armand Maulana Sampaikan Kabar Duka: Innalillahi Waina Ilaihi Rojiun

2. Mutasi virus

Seiring dengan perkembangan pandemi COVID-19, beberapa mutasi virus corona telah muncul dan terus berlanjut. 

Saat ini, menurut Badan Kesehatan Dunia, varian delta menjadi kasus dominan di seluruh dunia.

Varian delta kini telah menyebar ke 92 negara, termasuk Indonesia. 

Baca Juga: Gabung Tiga Rumah Jadi Satu, Raffi Ahmad: Sebenarnya Buat Ngumpulin Keluarga

Varian delta saat ini telah menyebabkan lebih dari 60 persen kasus baru di Inggris dan 10 persen di Amerika Serikat.

Sebuah studi menunjukkan varian delta sekitar 60 persen lebih menular daripada alfa.

Padahal varian alfa lebih menular daripada jenis asli yang muncul pertama di Wuhan, Cina, pada akhir 2019.

Baca Juga: Jurnalis AS Beberkan Kondisi Saat Ditahan Militer Myanmar: Saya Dipukul dan Ditampar Beberapa Kali

Pada anak, varian ini diduga menjadi salah satu faktor meningkatnya kasus pada saat ini. 

Menurut Anthony Fauci, Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular di AS. 

Pasalnya, anak-anak lebih mungkin terinfeksi dengan varian delta jika dibandingkan dengan varian alfa karena lebih mudah menular.

Baca Juga: 5 Tahun Tak Comeback, Chansung 2PM Mengaku Merasa Aneh

3. Tingginya kasus klaster keluarga

Saat ini klaster keluarga masih mendominasi sumber penularan yang terjadi pada anak-anak.

Sejak awal Maret 2020 hingga 24 Juni 2021, telah ada 4.224 anak yang dilaporkan positif Covid-19 di Kabupaten Bogor dengan klaster keluarga sebagai sumber penularan terbesar.

Selanjutnya, pada periode 14 hingga 20 Juni 2021, di DKI Jakarta ada 10.967 kasus konfirmasi positif virus corona yang berasal dari klaster 912 keluarga.

Baca Juga: Taurus Pantang Menyerah dalam Hubungan, Ini Dia 5 Zodiak Lainnya yang Dikenal Paling Setia

Anak menjadi salah satu populasi yang rentan dalam keluarga. 

Aktivitas orang tua di luar rumah seharian berpotensi membawa virus masuk ke dalam rumah. 

Penularan mudah terjadi karena protokol kesehatan sangat rendah dijalankan di tingkat rumah tangga.

Baca Juga: Setuju BEM UI Panggil Rektor untuk Klarifikasi Rangkap Jabatan BUMN, Sujiwo Tejo: Benar atau Enggak?

4. Anak sebagai populasi rentan yang tidak terlindungi

Berbeda dengan kelompok lanjut usia dan masyarakat dengan penyakit penyerta, anak sebagai salah satu populasi rentan saat ini memiliki risiko tertular virus corona lebih tinggi.

Kemudian, setidaknya ada dua faktor utama penyebab. 

Pertama, sulitnya perilaku kepatuhan anak dalam menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas keseharian mereka. 

Baca Juga: 'Butter' BTS Pertahankan Posisi Teratas di Billboard Selama 5 Minggu, yang Pertama Sejak Mariah Carey

Kedua, belum berjalannya program vaksinasi pada seluruh kelompok umur anak. 

Saat ini izin penggunaan vaksin darurat baru dikeluarkan hanya untuk kelompok umur 12-17 tahun.

5. Kapasitas fasilitas kesehatan bagi anak yang terbatas

Dalam perawatan kesehatan di rumah sakit, anak yang terinfeksi Covid-19 memerlukan bantuan orang tua untuk mendampingi khususnya bagi mereka yang masih bayi dan balita.

Baca Juga: Jadi Salah Satu Objek Vital Nasional, Gedung DPR Diamankan oleh Prajurit Satgultor TNI

Hal ini menyebabkan perawatan anak yang terinfeksi tidak semudah perawatan orang dewasa. 

Rumah sakit memerlukan sumber daya yang lebih banyak, mulai dari ruangan isolasi khusus hingga keperluan alat pelindung diri yang lebih banyak.

Dalam kondisi berat, perawatan anak untuk usia 0-28 hari dilaksanakan di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan anak usia 1-18 tahun di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU).

Baca Juga: Alasan-alasan yang Buat Hubungan Zodiak Libra, Scorpio dan Sagitarius Harus Kandas di Tengah Jalan

Ketersediaan tempat tidur di ruang NICU dan PICU di rumah sakit jauh lebih sedikit dibanding ruang ICU untuk orang dewasa. 

Maka, akan sangat berbahaya jika terjadi lonjakan kasus anak.

Berdasar data RS Online Kementerian Kesehatan, di seluruh Indonesia, jumlah tempat tidur ICU untuk orang dewasa mencapai hampir 8.000-an tempat tidur. 

Baca Juga: Derek Mobil Berisi Narkoba Senilai Rp82,2 Miliar, Ayah dan Anak Ini Ditangkap Polisi

Sedangkan, NICU hanya ada 4.000-an dan PICU 1.000-an lebih.

Perlu diingat bahwa kapasitas tempat tidur ini tidak dapat dipakai seluruhnya karena juga digunakan oleh pasien yang bukan Covid-19.

Artikel ini sebelumnya telah terbit di The Conversation pada Selasa, 29 Juni 2021 dengan judul "Mengapa kasus Covid-19 pada anak naik drastis? ini 5 faktor penyebabnya".***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: The Conversation


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah