“Siklon Tropis Seroja ini merupakan siklon yang paling kuat daripada siklon lainnya” ujar Dwikorita.
Baca Juga: Jokowi Pastikan Pengungsi Bencana NTT dan NTB Dapat Akses BMKG hingga Kebutuhan Terpenuhi
BMKG mencatat, siklon terjadi di Indonesia pada tahun 2008 kemudian terjadi lagi pada 2010, 2014, dan 2017, yang berarti, siklon di Indonesia terjadi sekitar 2-4 tahun sekali.
Namun, sejak tahun 2017 sampai tahun 2021, siklon tercatat terjadi pada setiap tahun. Bahkan di tahun 2017 dan 2018, siklon terjadi 2 kali dalam setahun.
Siklon Tropis Seroja ini merupakan siklon paling kuat karena siklonnya mencapai daratan sehingga berdampak kuat pada masyarakat sekitar.
Baca Juga: Iran Berhasil Tangkap Mata-mata Israel, Belum Jelas Soal Keterlibatan Mossad
Dampak yang ditimbulkan akibat siklon ini adalah adanya hujan lebat, angin kencang, hingga gelombang yang dikhawatirkan mirip tsunami karena masuk ke darat.
BMKG menilai, Siklon Tropis Seroja ini terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di wilayah tersebut.
Pada keadaan normal, suhu permukaan air laut rata-rata 26 derajat Celcius. Namun suhu permukaan air laut di sekitar perairan NTT mencapai rata-rata 30 derajat Celcius.
Baca Juga: Tragis, Balita 3 Tahun Ditemukan Tak Bernyawa di Septic Tank Sebuah Perkemahan Keluarga