PR CIREBON – Keputusan Pemerintah membubarkan Front Pembela Islam (FPI) menuai reaksi keras dari berbagai tokoh.
Salah dua yang menentang keras ialah Fadli Zon dan Fahri Hamzah atau yang biasa dikenal Duo-F.
Melalui akun sosial medianya, Duo-F mengkritik keputusan pemerintah soal pembubaran FPI yang dinilai tidak tepat.
Baca Juga: Badak Berbulu Wol Zaman Es Ditemukan Utuh Terawetkan di Rusia
Fadli Zon misalnya, mencuit dalam akun Twitter miliknya, mengatakan bahwa pembubaran FPI merupakan pembunuhan demokrasi.
“Sebuah pelarangan organisasi tanpa proses pengadilan adalah praktik otoritarianisme. Ini pembunuhan thd demokrasi n telah menyelewengkan konstitusi,” cuitnya, dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Twitter @fadlizon.
Fadli Zon menentang keras langkah pemerintah yang membubarkan FPI secara sepihak tanpa melalui proses pengadilan.
Baca Juga: Komplikasi, Pembunuh Berantai Dalam Sejarah Amerika Serikat Meninggal Dunia
Sebuah pelarangan organisasi tanpa proses pengadilan adalah praktik otoritarianisme. Ini pembunuhan thd demokrasi n telah menyelewengkan konstitusi.— FADLI ZON (Youtube: Fadli Zon Official) (@fadlizon) December 30, 2020
Selain itu, Fahri Hamzah juga mengaku terkejut pada keputusan Pemerintah soal pembubaran FPI yang diputuskan bersama enam pejabat tinggi negara.
Fahri Hamzah menyindir keputusan enam pejabat tinggi tersebut adalah keputusan dari orang-orang pintar. Namun disayangkan sekali keputusannya seperti tak membuka ruang diskusi hingga terkesan otoriter.
“Pak Prof @mohmahfudmd yth, seperti bapak, Hampir semua yang berdiri di samping dan belakang bapak saat mengumumkan Sebuah organisasi massa sebagai organisasi terlarang adalah para doktor dan guru besar. Sebuah pertanda bahwa keputusan ini adalah karya orang2 pintar. Tapi..” cuit Fahri Hamzah.
Baca Juga: Soroti Kebijakan, Amien Rais: Apakah Jokowi Menyadari Demokrasi Kita Sudah Rusak?
“Tapi, Sayang sekali, orang2 pintar itu tidak membuka ruang diskusi. Seolah kami semua sebagai rakyat pasti mengerti,” lanjutnya.
Fahri sangat menyayangkan tindakan Menko Polhukam, Mahfud MD, yang dengan tegas tidak membuka ruang tanya jawab kepada publik soal keputusannya.
Fahri menyayangkan orang-orang pintar tersebut tidak membuka ruang diskusi dan lebih mementingkan arogansi kekuasaan dari pada ilmu pengetahuan.
Baca Juga: Bisa Dibeli 3 Jam Sebelum Berangkat, Berikut 7 Stasiun yang Melayani tiket KA di Daop 3 Cirebon 2021
“Sayang sekali, gesture orang2 pintar tidak gemar membuka dialog. Sayang sekali karena kekuasaan dianggap lebih penting dari ilmu pengetahuan. Percayalah pak prof, ilmulah yang punya masa depan, kekuasaan tidak pernah bisa bertahan. Seharusnya dialog adalah jalan kita.” Pungkasnya.***