Network
PR CIREBON - Peristiwa yang terjadi antara laskar FPI dan Polisi di Tol Cikampek masih menimbun sekelumit pertanyaan di banyak pihak, lantaran adanya perbedaan klarifikasi yang diberikan antara dua belah pihak.
Kejadian penyerangan yang diklaim pihak Kepolisian karena mobilnya 'dipepet' oleh laskar FPI berakhir dengan hilangnya nyawa enam laskar tersebut.
Hal itu disebut pihak Kepolisian sebagai pembelaan diri, sebab laskar FPI dinyatakan oleh Polisi membawa senjata api dan senjata tajam.
Baca Juga: Prihatin Enam Laskar FPI Ditembak Mati, Netty: Saya Minta Kasus Dibuka Secara Transparan
Klarifikasi dari pihak Polisi diberikan setelah 13 jam dari kasus kejadian yang terjadi pada Senin dini hari, 7 Desember 2020, di KM50 Tol Jakarta-Cikampek, salah satu jalan tol yang dikatakan 'tersibuk'.
Sementara klarifikasi dari pihak FPI disampaikan oleh Sekretaris Umum mereka yaitu Munarman.
Diungkapkan Munarman bahwa para laskar adalah pengawal dari pendiri FPI yaitu Habib Rizieq Shihab.
Baca Juga: Apresiasi Langkah KPK Tangkap Mensos, Bonyamin Beberkan Kualitas dan Nominal Bansos yang Dikorupsi
Dia juga mengakui bahwa FPI kehilangan para laskar mereka saat kejadian, dan baru mengetahui bahwa enam laskar mereka sudah meninggal saat konferensi oleh Polisi.
Enam laskar yang meregang nyawa tersebut telah dikuburkan.
Dituturkan Munarman, lima jenazah akan dimakamkan di Megamendung, Bogor.
"Satu jenazah dibawa pihak keluarga untuk dimakamkan sendiri," katanya, Rabu dini hari. Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara.
Baca Juga: Apresiasi Langkah Komnas HAM Bentuk Tim Penyelidikan, Polri: Kami Akan Bantu Komnas HAM dengan Data
Sebelumnya, enam jenazah tersebut dibawa ke Markaz Syariah Petamburan, usai diotopsi di RS Polri selama kurang lebih 30 jam.
Jenazah-jenazah tersebut dimandikan, dikafani, dan dishalatkan di Petamburan.
Terkait berita tersebut, Neno Warisman merasa sedih atas peristiwa yang menewaskan enam nyawa simpatisan Habib Rizieq tersebut.
Baca Juga: Pemungutan dan Hitung Suara, Bawaslu Imbau Pengawas TPS Akses C7, Antisipasi Potensi Kecurangan
Secara khusus Neno menulis dan membacakan puisi untuk enam simpatisan.
"Enam kafan terbuka sederhana
Menanti jasad para laskar syuhada
Ada enam kafan terbuka
Menanti jasad yang segera tiba dipeluk para keluarga berurai air mata
Dalam keadaan bagaimana semua masih tanda tanya
Tapi mereka segera tiba
Yang kita tahu dan yakini mereka tak berdosa
Laskar-laskar muda sederhana bertangan kosong tanpa senjata
Telah terbunuh dan diumumkan kematiannya di media massa
Enam orang anak muda akan disambut oleh surga, insya Allah
Para pemuda surga yang sederhana dan setia
Buah hati ibunda dan ayahandanya
Penolong nafkah keluarga
Pembaca Al-Quran yang setia
Adik yang lemah lembut pada kakaknya
Saudara dan putra yang selalu berbakti
Ke mana para keluarga menuntut keadilan
Atas kematian anak dan adik saudara tercinta mereka
Yang tak mungkin mampu melawan senjata api walau mereka laskar pembela
Penjaga ulama namun tertera bahkan dalam kartu anggota
Tak boleh membawa senjata
Dunia kini berubah
Dunia marah
Dunia mengutuk
Kesewenangan yang dipertontonkan oleh senjata yang merengut enam nyawa
Cukuplah sudah
Dunia melacak jejak
Dan langit yang sunyi
Pasti akan bertindak.
Sehebat-hebat makar
Pastilah makarnya Allah
Bagi yang mau kembali ke hati nurani
Pasti akan diberikan jalan
Enam kain kafan yang tergelar
Menunggu para syuhada dibaringkan mulia
Meski mereka bukan orang besar dan terkenal di dunia
Tapi mereka disambut para malaikat suci dan diselempangkan cahaya
Dan akan diberikan surga"
Saat ini pihak FPI sudah meminta bantuan dari Komnas HAM untuk melakukan investigasi independen kasus tersebut.
