PR CIREBON - Pada 2 Desember 2020, Persaudaraan Alumni (PA) 212 menggelar acara dialog reuni 212 yang bertajuk "Revolusi Akhlak" secara virtual.
Dalam acara tersebut hadir berbagai kalangan, mulai dari ulama, tokoh masyarakat dan pengamat politik turut hadir memeriahkan acara dialog reuni 212 tersebut.
Pada kesempatan tersebut juga turut hadir mantan Panglima TNI Jendral (Purn) Gatot Nurmantyo sebagai wakil dari Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).
Dalam acara tersebut Gatot Nurmantyo merasa bersyukur diundang dalam acara dialog reuni 212 dan berterima kasih kepada Habib Rizieq Shihab (HRS), yang telah mengirim sambutan dalam peluncuran buku “Sang Revolusioner” yang ditulis Syahganda Nainggolan di Jakarta pada pekan lalu.
Baca Juga: Adolf Hitler Memenangkan Pemilu Lokal di Namibia, Yakinkan Pers Jerman: Tidak Akan Mendominasi Dunia
Gatot juga mengatakan bahwa "revolusi akhlak" yang diusung oleh HRS tersebut semuanya menggunakan pisau analisis pancasila.
"Ternyata revolusi akhlak itu pisau analisisnya itu adalah pancasila. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Habib Rizieq seorang nasionalis yang mengawal tujuan muri pancasila," jelas Gatot, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari akun Youtube LDTV.
Dalam pidatonya, Gatot juga mengingatkan bahwa pertama kali bangsa Indonesia merdeka yang didengungkan yaitu kemerdekaan.
"Kemerdekaan artinya adalah kalau bahasa sansekertanya kabar ika, yaitu warga negara kelas atas. Jadi founding father dan founding mother ini mencanangkan bahwa kita berubah dari bangsa yang dijajah menjadi bangsa yang kelas atas," tuturnya.
Baca Juga: Hati-Hati Saat Membeli Madu, Berikut Cara Tahu Keaslian Madu Murni
Menurut Gatot, semua masyarakat berhak mendapatkan keadilan yang sama dan tidak ada perbedaan kelas dalam penindakan hukum.
"Ga dibeda-bedakan satu pun juga. Ga ada warga negara kelas 2, kelas 3 tidak ada, karena nasionalis itu semuanya warga negara nmer satu," jelasnya.
Gatot mengatakan hal tersebut yang saat ini tidak diberlakukan dengan benar dan terdapat banyak penyimpangan hukum,
"Dibilang agama tidak boleh berpolitik, ingat UUD 1945 Pasal 29 Ayat 1 menyatakan bahwa negara berdasarkan ketuhanan yang maha Esa," kata pria kelahiran 60-an ini.
Baca Juga: Ingin ke Sabang ? Pemerintah Kota Cabut Syarat Tes Swab dan Rapid untuk Pendatang
Jika akhlak bangsa Indonesia tidak diperbaiki, kata Gatot, akan terjadi pembagian kelas dalam kehidupan berbangsa rakyatnya.
"Apakah keadilan sudah diberlakukan? ingat pemerintah itu adalah menerima mandat dari rakyat si pemilik kedaulatan tertinggi," ungkapnya.
Berdasarkan hal tersebut, menurut Gatot "revolusi akhlak" itu sangat penting untuk meluruskan kehidupan berbangsa.
"Contoh saja apa yang terjadi belakangan ini, tentang pemeriksaan HRS, kalau memang negara ini adil dan benar-benar beradab, maka semua yang menyebabkan kerumunan periksa semuanya, ini cntoh saja," kata Gatot.
Baca Juga: Waspada Bagi Nelayan Indonesia, BMKG Keluarkan Status Peringatan Dini Gelombang Tinggi
Setelahnya dikabarkan akun Youtube milik Front Pembela Islam (FPI), yaitu Front TV tumbang alias hilang.
Usai dilakukan penelusuran akun tersebut di Youtube, namun tidak ditemukan sama sekali. Pun dengan video acara FPI lainnya yang tersimpan di Youtube ikut lenyap.
Hal tersebut masih menjadi pertanyaan dan masih belum tahu penyebabnya.
***