Marak Ustaz Radikal yang Disebut-sebut oleh Netizen, UAS Sebut Labeling Ini Sudah Dipakai Sejak Dulu

16 November 2020, 14:12 WIB
Ustaz Abdul Somad (UAS) dan Karni Ilyas saat berbincang dalam video bertajuk 'Dari HRS, sampai radikal 'umat sudah putus asa', Minggu, 15 November 2020: Ustaz Abdul Somad (UAS) beri penjelasan terkait maraknya ustaz radikal yang disebut-sebut oleh netizen. //Tangkapan layar YouTube Karni Ilyas Club

 

PR CIREBON - Labeling ustad radikal nampaknya semakin mencuat akhir-akhir ini, setelah bebrapa hari lalu Habib Rizieq Shihab diduga mengatakan hal yang tidak pantas dikatakan oleh seorang ulama.

Selain itu, kasus yang baru-baru ini mencuat yaitu ulama yang saling sindir di media sosail menjadi perhatian netizen.

Awal mula nama ustad radikal ini terjadi dari maraknya suatu gologan yang menyuarakan negara khilafah, namun ada golongan lain yang menolaknya.

Baca Juga: 4 Fakta Hari Toleransi International 16 November 2020, Lengkap 5 Cara Atasi Intoleransi

Perseteruan ini mengorbankan para ustad dan kyai yang menyuarakan kebenaran dengan tegas yang akhrinya dianggap radikal.

Menanggapi hal tersebut, Ustaz Abdul Somad yang biasa dipanggil UAS mengatakan bahwa untuk menyikapi hal tersebut perlu adanya pemahaman terhadap suatu masalah dan jangan sampai ada suatu golongan yang berkepentingan bermain.

"Sebenarnya untuk memerangi ini hanya dua saja, pertama umat dibuat paham, mengerti keadaan. Kedua orang yang punya kepentingan jangan dibiarkan bermain, karena ada orang yang mencoba mengambil kepentingan dari masalah tersebut," ujar UAS dalam video bincang-bincang dengan Karni Ilyas dalam akun Youtube Karni Ilyas Club yang diunggah pada Minggu, 15 November 2020, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com.

Baca Juga: Banyak Pihak yang Tak Suka Kepulangan HRS, UAS: Tidak Selamanya Jabatan dan Kekuasaan Kau Miliki

Diketahui, UAS merupakan salah satu ustad yang dicap radikal oleh suatu golongan, lantaran pada suatu kesempatan dirinya menolak saat disuruh untuk menyanyikan lagu "Indonesia Raya".

"Maka ketika ada kelompok yang meminta saya, memaksa saya untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya, maka saya menolak. Bukan karena saya anti-NKRI, saya dari dari kecil, saya yang mengerek bendara merah putih itu dan saya menyanyikan lagu itu. Bahkan ketika saat saya berangkat ke Mesir saya harus lulus penataran P4, salah satunya harus paham terhadap Pancasila," tegasnya.

Selanjutnya, cap radikal ini menurut UAS merupakan labeling yang sangat mengerikan.

Baca Juga: Yusuf Mansur Ajak Masyarakat untuk Tahan Emosi: Jangan Dilayanin, Sibukin Diri Bangun Bangsa

"Labeling ini sangat mengerikan, kita lihat sekarang, jika dia tidak suka dengan sesuatu, langsung dia beri label anti NKRI, radikal dan khilafah," ucapnya.

Menurutnya, hal ini sudah dialami lebih dulu oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah, ketika pada Orde Lama, label yang paling bagus adalah meenggulingkan kekuasaan, menjual aset Indonesia kepada Malaysia, akan membunuh presiden.

UAS mengatakan sejarah tindakan labeling ini perlu dibukukan dan dituliskan secara menarik, dimana labeling ini berguna untuk menjatuhkan orang lain.

 ***

Editor: Irma Nurfajri Aunulloh

Tags

Terkini

Terpopuler