Aktivitas Vulkanik Meningkat, Gunung Merapi Alami 26 Kali Gempa Guguran

1 November 2020, 12:57 WIB
Kubah lava Gunung Merapi terlihat dari Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta: Aktivitas vulkanik di Gunung Merapi saat ini meningkat hingga mengalami 26 kali gempa guguran yang memiliki amplitudo 3-50 mm. /Antara Foto/Hendra Nurdiyansyah./

 

PR CIREBON – Aktivitas vulkanik pada Gunung Merapi mulai terlihat meningkat dari sebelum-sebelumnya. Hal ini membuat para pakar khawatir terhadap aktivitas vulkanik yang ditunjukkan oleh Gunung Merapi. 

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan aktivitas Gunung Merapi yang berada di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah mengalami peningkatan berdasarkan hasil pemantauan selama sepekan. 

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) kembali menyebutkan Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta telah mengalami 26 kali gempa guguran selama periode pengamatan pada Minggu, 1 November 2020, mulai pukul 00.00 – 06.00 WIB.

Baca Juga: Megawati Sebut Indonesia Butuh Lebih Banyak Kapal Perang untuk Jaga Perairan: Bukan Kapal Nelayan

“Terjadinya peningkatan aktivitas vulkanik menunjukkan proses pergerakan magma menuju permukaan,” ujar Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara. 

Hanik mengatakan peningkatan aktivitas vulkanik itu antara lain terlihat dari intensitas kegempaan selama pekan ini yang tercatat lebih tinggi dibandingkan pekan lalu. 

BPPTKG melalui keterangan resminya, menyebutkan 26 gempa guguran itu memiliki amplitudo 3-50 mm dan berlangsung selama 7-36 detik.

Baca Juga: Peneliti Sebut Masker Kain Terbukti Efektif dalam Upaya Mencegah Virus Corona 

Berdasarkan laporan aktivitas Gunung Merapi 23-29 Oktober 2020, kegempaan Gunung Merapi tercatat 81 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 864 kali gempa Fase Banyak (MP), 10 kali gempa Low Frekuensi (LF), 367 kali gempa guguran (RF) 286 kali gempa Hembusan (DG) dan 7 kali gempa Tektonik (TT). 

Selain gempa guguran, Gunung Merapi mengalami 16 kali gempa hembusan dengan amplitudo 2-11 mm selama 10-49 detik, 52 kali gempa hybrid dengan amplitudo 2-19 mm selama 6-14 detik, 5 gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 42-75 mm selama 13-30 detik, serta satu kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 30 mm selama 115 detik. 

Berikutnya kata dia, deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan alat pemantau gunung api atau electronic distance measurement (EDM) menunjukkan adanya laju pemendekan jarak sebesar 4cm per hari.

Baca Juga: Sebut Indonesia akan Pulih dari Covid-19 pada 2022, Jusuf Kalla Ungkap Faktor Penyebabnya

Meski begitu, analisis morfologi di area kawah Merapi berdasarkan foto dan sektor tenggara pada 30 terhadap tanggal 22 Oktober 2020 tidak menunjukkan adanya perubahan morfologi kubah. 

“Penghitungan volume kubah lava berdasarkan pengukuran menggunakan foto udara dengan drone pada 29 Oktober 2020 sebesar 200.000 meter kubik,” ujar Hanik. 

Selanjutnya berdasarkan pengamatan visual, di puncak Gunung Merapi asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tebal, dan tinggi 50 meter di atas puncak kawah.

Baca Juga: Relawan Projo Minta Jatah Jabatan di BUMN, Demokrat: Tidak Diberi Langsung Divonis Kinerja Buruk

Cuaca di Gunung itu cerah, berawan dan mendung. Angin bertiup lemah ke arah barat. Suhu udara 14-20 derajat Celcius dengan kelembapan udara 73-87 persen, dan tekanan udara 569-688 mmHg. 

Hingga saat ini, BPPTKG tetap mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana. 

BPPTKG kembali mengimbau kepada warga untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.

Baca Juga: Donald Trump Tandatangani RUU Reformasi AS Jadi UU Setelah Skandal Pelecehan Nassar pada Para Atlet 

Adanya potensi ancaman bahaya dari Gunung Merapi saat ini berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan jatuhan material vulkanik dari letusan eksplosif. 

Masyarakat juga diminta mengantisipasi bahaya abu vulkanik dari kejadian awan panas maupun letusan eksplosif serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak Gunung Merapi.***

Editor: Irma Nurfajri Aunulloh

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler