WWF Indonesia Sebut Pola Makan Manusia Pengaruhi Masa Depan Bumi: Semua Berawal dari Permintaan

1 November 2020, 06:22 WIB
ilustrasi pola makan sehat seimbang: Pola makan manusia, menurut WWF Indonesia dapat mempengaruhi masa depan bumi dan semua ini berawal dari permintaan maupun penawaran yang berkaitan dengan sistem produksi pangan. /Pikiran-rakyat.com

PR CIREBON - Deputy Director Social Development WWF-Indonesia Cristina Eghenter mengatakan bahwa pilihan makanan seseorang akan sangat menentukan masa depan Bumi.

Pola makan manusia dapat mengubah hukum pasar, baik permintaan maupun penawaran, yang berkaitan dengan sistem produksi pangan serta berpengaruh terhadap masa depan Bumi, khususnya lingkungan alam di Indonesia.

"Semua tentu berawal dari permintaan. Namun hukum pasar bisa kita pengaruhi agar lingkungan menjadi lebih lestari," kata Cristina di sesi virtual Ngobrol Pintar Pangan Bijak Nusantara, Sabtu 31 Oktober 2020, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara.

Baca Juga: MIKTI Perkuat Industri Kreatif, Sejumlah Pihak Siap Kembangkan Bisnis Perusahaan Rintisan

Dia mengatakan saat ini sistem pangan yang diadopsi Indonesia adalah sistem pangan industri, dimana alam dikonversi untuk produksi sebesar-besarnya dengan menggunakan metode tanaman tunggal (monocropping).

Serta, lanjut Cristina, menggunakan pupuk kimia dalam jumlah besar yang dapat menghasilkan produktivitas tinggi namun hanya bermanfaat dalam jangka pendek.

Cristina berkata, PBB sudah memperhitungkan, jika sistem pangan industri tetap dipertahankan maka sisa kesuburan tanah untuk menyokong produksi pangan dunia guna mencukupi sandang lebih dari 7,8 miliar penduduk Bumi hanya akan bertahan hingga 60 tahun ke depan saja.

Baca Juga: Jangan Abaikan Kebiasaan Rajin Ini, Konsumsi SKM Bisa Berujung Stunting pada Anak Bangsa

Masyarakat mengetahui Indonesia sebagai salah satu negara dengan mega biodiversity di dunia, namun tidak sadar, hanya ada sekitar 17 sampai dengan 20 jenis sayur yang ditanam di kebun, dan hanya tiga sampai dengan empat jenis padi ditanam di satu ladang.

Publikasi Eat-Lancet menyebutkan 75 persen pangan di dunia hanya berasal dari 12 spesies tanaman dan lima spesies hewan.

Karena itu, menurut Cristina, sistem pangan yang digunakan saat ini perlu diubah ke arah yang lebih lokal, lestari, sehat dan adil.

Baca Juga: Soal Langkah Vaksinasi Covid-19, Puskesmas Abiansemal Badung Akan Lakukan Simulasi Terlebih Dahulu

Sistem pangan tradisional atau yang saat ini justru dikenal sebagai agro-ekologi menjadi kekuatan baru untuk proses pemenuhan pangan secara berkelanjutan dan berkeadilan demi masa depan.

Oleh karena itu, sedang digencarkan kampanye mengenai Pangan Bijak Nusantara untuk mendorong dan mempercepat perubahan ke arah pola konsumsi, produksi dan distribusi pangan lokal, sehat, adil dan lestari.***

Editor: Irma Nurfajri Aunulloh

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler