Covid-19 Disebut Penyakit Seribu Wajah, Dokter Paru: Sebagai Dokter, Ini Membingungkan

10 Oktober 2020, 07:30 WIB
Ilustrasi Covid-19 Dunia. /Pixabay

PR CIREBON – Penyakit seribu wajah disebut oleh dr Andika Chandra Putra, PhD, Sp.p, untuk menilai virus corona. Itu terjadi karena virus ini dapat memiliki gejala yang ditimbulkan menyerupai penyakit lain.

"Jadi terus terang (penyakit) ini membingungkan. Kita sebagai klinisi, sebagai dokter, ini membingungkan," kata Andika, seperti yang dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara.

Covid-19 dikenal dengan gejalanya yang berawal dari pilek, sesak napas dan pneumonia. Namun ternyata menyerupai gejala lain seperti mencret, muntah-muntah, mati rasa, cegukan, ruam kulit, mata merah sampai gejala yang menyerupai stroke dan kehilangan kesadaran karena ada gangguan pada otak.

Baca Juga: Kerusuhan UU Cipta Kerja Telan Korban Jiwa, MPR: Bertindaklah Sesuai Koridor Hukum

"Kita enggak bisa membedakan mencret ini karena infeksi bakteri atau karena jamur atau karena Covid-19. Kita tidak bisa membedakannya secara klinis saja," katanya.

Muncul gejala lain tersebut, karena reseptor Covid-19 tidak hanya pada saluran pernapasan, tetapi juga saluran pencernaan, saluran mata, saluran pada kulit hingga otak sehingga menimbulkan gejala pada saluran tempat virus SARS-CoV-2 yang masuk ke dalam sel inang melalui reseptor Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE).

Karenanya, diperlukan pemeriksaan segera, ketika gejala muncul. Entah tes dengan rapit tes atau dengan pemeriksaan swab atau biasa disebut juga PCR (Polymerase Chain Reaction), agar penyebaran tidak semakin parah.

Baca Juga: Beruang Alaska Berpesta selama Pandemi, '747' Menjadi Pemenang dalam Pekan Beruang Gendut

"Jadi harus kita lakukan pemeriksaan penunjang. Kemudian kita lanjutkan dengan pemeriksaan PCR untuk memastikan (penyakit) itu Covid-19 atau tidak," sebutnya.

"Bayangkan seperti kebakaran. Kalau fire-nya sedikit tentu lebih mudah kita padamkan. Tapi kalau sudah kebakaran besar, tentu agak sulit kita melakukan pemadamannya. Jadi tetap intinya testing itu yang paling penting. Kemudian kita lakukan tracing, baru kita lakukan treatment," tambahnya.***

 
Editor: Nur Annisa

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler