Lakukan Aksi Vandalisme terhadap Musala, Pelaku Mengaku Lampiaskan Emosi karena Dikucilkan

3 Oktober 2020, 13:19 WIB
Polresta Tangerang 'Plin plan'? Sebut Motif Pelaku Vandalisme kini Depresi sebelumnya Sehat, Ada Apa /

PR CIREBON – Pelaku vandalisme Musala Darussalam yang terletak di RT 5 RW 8, Perumahan Villa Tangerang Elok, Kelurahan Kutajaya, Kecamatan Pasarkemis, Kabupaten Tangerang, Banten, terus diperiksa.  

Sebelumnya, tersangka dinyatakan mengidap depresi oleh psikolog.

Kini, fakta terbaru mengungkapkan bahwa pelaku melakukan aksi yang banyak menuai kecaman dari masyarakat tersebut lantaran tertekan dilarang keluar rumah oleh orang tua.

Baca Juga: Buka Pikiran dan Tambah Keterampilan, Berikut 5 Cara Menguasai Hidup Selaras dengan Perubahan Zaman

Hal tersebut diungkapkan oleh Kapolresta Tangerang Kabupaten, Kombes Ade Ary Syam Indradi. Menurutnya, karena merasa tertekan, tersangka akhirnya emosi dan melampiaskan kekesalan dengan aksi corat-coret hingga robek Alquran di musala tersebut.

"Tersangka melakukan perbuatannya itu karena tertekan, dilarang keluar rumah oleh orang tua tersangka setiap hari. Sehingga tersangka emosi dan melampiaskan kekesalan dengan cara perbuatan tersebut," ujarnya Ade pada Jumat, 2 Oktober 2020, seperti dilansir Pikiranrakyat-Cirebon.com dari situs RRI.

Ia menjelaskan ada beberapa alasan mengapa orang tua S melarang anaknya tidak keluar rumah. Kepada pihak kepolisian, orang tua tersangka menyebut anaknya itu mengalami kesulitan mengendalikan emosi. Hal itu yang membuat S memiliki dorongan untuk melakukan kekerasan dan perkelahian.

Baca Juga: Pegawai KPK Ramai Mengundurkan Diri, Alexander Marwata: Kami Menghargai Pilihan Karyawan

Menurut orang tua tersangka, kondisi ini sudah terjadi sejak pelaku masih duduk di kelas IX SMP, di mana tersangka sering mengeluh sulit tidur. Orang tua S sudah berusaha untuk menyembuhkan kondisi kejiwaan S dengan berbagai cara.

Ade mengatakan upaya pengobatan S termasuk hipnoterapi, rukiah, hingga pendekatan dengan sering beribadah, namun hal-hal tersebut tidak juga menyembuhkannya. Selain itu, S juga dilarang keluar apabila tidak didampingi orang tuanya.

"Apa yang dilakukan merupakan pelampiasan kekesalan terhadap orang-orang di sekitar yang mengucilkan, menghindarinya," pungkas Ade.***

 
Editor: Nur Annisa

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler