Kepribadian Ahok Dibongkar, dari Heran Diangkat Komut Pertamina hingga Harus Punya Jubir Sendiri

28 September 2020, 12:51 WIB
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok /Pikiranrakyat.com/Pikiran-raktyat.com

PR CIREBON - Gaya kepemimpinan dari Komisaris PT Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ternyata menarik perhatian pengamat politik, M Qodari yang secara khusus membongkar pandangan terhadap Ahok dalam kanal Youtube Helmy Yahya Bicara pada Minggu, 27 September 2020.

Ahok, semula dikenal sebagai pemimpin dengan kepribadian yang memiliki komunikasi transparan dan cenderung ceplas-ceplos, meski sempat berniat untuk berubah menjadi pribadi yang lebih kalem dan menjaga komunikasinya di hadapan publik, tapi ternyata masih tetap seperti itu.

"Ahok mengatakan 'saya sudah berubah, jangan panggil saya Ahok, saya Basuki. Ahok itu dulu yang ceplas-ceplos saya sekarang Basuki'," ungkap M Qodari.

Baca Juga: Tengku Zul Voting Anak Cucu PKI Terjun Politik, Pengamat: Otak Mereka Belum Tentu Sama Kayak Anda!

Ini disebutkan Qodari setelah sempat mengobrol dengan Ahok, sehingga ia berani menyebut Ahok belum berubah.

"Cuma kan saya lihat pernyataan beliau lalu ada rencana-rencana yang sebagian tidak terpublikasi namun saya dengar, menurut saya Ahok tidak berubah," jelasnya, seperti dilihat PikiranRakyat-Cirebon.com pada Senin, 28 September 2020.

Artinya, gaya Ahok yang seperti itu dinilai tak bisa menang, jika ingin memiliki jabatan apapun yang didapat melalui pemilihan umum.

"Karena istilahnya Ahok ini bagus kerjanya buruk komunikasinya, mungkin dia harus yang ditunjuk. Bukan dipilih (jabatannya), tapi dipilih seperti menteri. Tapi waktu saya pulang, ini masih 2017 nih saya berubah pikiran karena menteri juga jabatan publik," tambahnya.

Baca Juga: Lama Tertunda, Sekuel Film Avatar Besutan James Cameron Siap Rilis pada Akhir 2022

Lebih lanjut, Qodari menilai seorang pekerja publik seharusnya memiliki hasil kerja dan komunikasi yang seimbang, sama-sama baik.

"Karena pekerjaan bagus kalau komunikasi buruk itu rusak contohnya siapa, Ahok sendiri. Karena itu, kesimpulan saya Ahok itu cuma tepat di perusahaan swasta. Gak cocok di jabatan publik atau yang berhadapan dengan publik," ujarnya.

Untuk itu, ia pun sempat kaget saat Ahok ditunjuk sebagai komisaris utama di PT Pertamina (Persero) dengan gaya seperti itu, sehingga Qodari menyarankan Ahok memakai juru bicara (jubir) jika ingin menyampaikan sesuatu ke hadapan publik.

"Dia tiba-tiba ditunjuk sebagai komisaris utama di Pertamina dan pada saat itu juga saya inget bicara ke media, saya katakan Pak Ahok tolong jangan ngomong langsung ke media, bapak kerja dan tunjuk jubir yang berinteraksi dengan media karena saya takut beliau komunikasinya itu katakanlah bombastis dan kontroversial," ujarnya.

Baca Juga: Eks Tim Mawar Dapat Jabatan Jadi Bukti Pemerintah Abai HAM, KontraS: Mereka Menghilangkan Aktivis 98

Hanya saja, belakangan ini saran tersebut tak diikuti, bahkan gaya yang belum berubah itu akhirnya mendapat sorotan publik terkait kerugian di PT Pertamina (Persero).

"Kayaknya saran ini gak diikutin makanya belakangan ini ada beberapa pernyataan ya termasuk yang kemarin itu akhirnya menimbulkan kontroversi lagi karena beliau mengatakan 'kalau ada saya Pertamina gak akan rugi'," jelasnya.

Artinya, Ahok memang tidak memiliki sensitivitas komunikasi, membuat semua hal dalam kepala langsung dikeluarkan begitu saja, tanpa proses memilah.

"Saya menyimpulkan kalau Pak Ahok itu memang tidak punya sensitivitas komunikasi, apa yang diomongkan di dalam diomongkan di luar. Dia tidak tahu situasi dan kondisi. Bukan berarti tidak jujur tapi kita kan harus memilah," tambahnya.

Baca Juga: Imbas Negatif PSBB Ketat Jakarta, 200 Ribu Pegawai Harian Kena PHK hingga Banyak Restoran Tutup

Untuk itu, Ahok sebaiknya  pun tak bermain media sosial yang dapat membuatnya dihadapkan langsung dengan publik.

"Yang kedua jangan main medsos lagi, termasuk Youtube karena Youtube itu ya platform yang langsung ke masyarakat gak ada sensor sama sekali," ujar M Qodari.

Ia menambahkan bahwa Ahok tampaknya hanya memikirkan sesuatu yang dianggap benar oleh pribadi, padahal pribadi yang memiliki nilai baik itu, disisi lain untuk pejabat publik sikap tersebut kurang tepat.

"Intinya track record Ahok itu baik yang diketahui publik maupun yang tidak diketahui publik menunjukkan bahwa dia orang yang tidak punya sensitivitas terhadap publik, yang dia pikirkan cuma dirinya aja. Apa yang dia mau, mau, dia kerjakan. Tapi untuk pejabat publik, rasa-rasanya itu berbahaya," pungkas M Qodari.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: YouTube Sobat Dosen

Tags

Terkini

Terpopuler