Jenazah Covid-19 Ikut Disorot Presiden dalam Ratas, Jokowi: Jangan Ada Lagi Perebutan Paksa

29 Juni 2020, 17:57 WIB
Presiden RI, Joko Widodo. (foto: Twitter @jokowi). /

PR CIREBON - Rapat Terbatas (Ratas) yang berlangsung di Istana Merdeka pada Senin, 29 Juni 2020 ini menjadi cukup tak biasa. Pasalnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti banyak hal dari Pandemi yang masih berlangsung di Indonesia, termasuk jenazah pasien Covid-19.

Dalam detailnya, Presiden Jokowi angkat bicara tentang sejumlah insiden pengambilan paksa jenazah korban Covid-19 terjadi di sejumlah daerah di Indonesia selama pandemi.

"Itu sebuah hal yang harus kita jaga jangan terjadi lagi," ujar Presiden Jokowi.

Baca Juga: Bermaksud Selidiki Kekerasan Hewan, Polisi Temukan Bocah 18 Bulan Hidup dengan 600 Lebih Hewan Liar

Secara tegas, Presiden Jokowi meminta kejadian-kejadian itu tak lagi berlanjut dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat untuk mencegah munculnya insiden pengambilan jenazah Covid-19.

Adapun berbagai unsur masyarakat itu seperti tokoh-tokoh agama, masyarakat, budayawan, ahli komunikasi publik dan praktisi lainnya.

“Pelibatan tokoh-tokoh agama, masyarakat, budayawan, sosiolog, antropolog, dalam komunikasi publik harus secara besar-besaran kita libatkan sehingga jangan sampai terjadi lagi merebut jenazah yang jelas-jelas Covid-19 oleh keluarga,” jelas Presiden Jokowi seperti yang dikutip dari Antara News.

Baca Juga: Kuatkan Dukungan untuk Bulan Perayaan LGBT Dunia, Instagram Miliki 4 Fitur Baru Bertema Pride

Dengan demikian, pelibatan mereka diharapkan mampu menjelaskan kepada masyarakat mengenai bahaya dan juga risiko penularan Covid-19 yang begitu cepat.

Lebih lanjut, Presiden juga meminta sosialisasi lebih masif kepada masyarakat mengenai pentingnya pengujian sampel spesimen individu untuk mencegah penularan lebih luas Covid-19.

Hal itu dimaksudkan agar tidak ada lagi masyarakat yang menolak mengikuti uji cepat (rapid test) maupun uji usap (Polymerase Chain Reaction/PCR) untuk mendiagnosa keberadaan virus tersebut.

Baca Juga: Kinerja Menteri Memburuk di Tengah Pandemi, Presiden Jokowi Luapkan Amarah dengan Ancaman Reshuffle

“Datang-datang pakai PCR, datang-datang bawa ‘rapid test’, belum ada penjelasan tapi tidak didahului sosialisasi ke masyarakat yang ingin didatangi sehingga yang terjadi adalah penolakan,” tambah Presiden Jokowi lagi.

Sebelumnya pada akhir pekan lalu, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan terjadi pengambilan paksa jenazah pasien Covid-19 oleh pihak keluarga yang bersangkutan di Ambon, Maluku.

Padahal, secara jelas hal itu menimbulkan kekhawatiran akan bertambahnya jumlah masyarakat yang tertular SARS-CoV-2.

Baca Juga: Kisah Bocah Cabe Rawit, Selamatkan Ibu yang Alami Kejang saat Mengemudi dengan Instruksi Jarak Jauh

Lebih dari itu, sejumlah masyarakat di beberapa daerah juga masih banyak yang menolak mengikuti uji cepat Covid-19, seperti di Ambon, Maluku dan Nusa Tenggara Timur pada pertengahan Juni 2020.

Sementara itu, Presiden Jokowi dengan tegas meminta jajaran kementerian dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 untuk mencari terobosan baru agar dapat memutus rantai penularan Covid-19.

“Saya minta agar kita bekerja tidak linear, saya minta ada sebuah terobosan yang bisa dilihat oleh masyarakat dan itu terobosan itu kita harapkan betul-betul berdampak pada percepatan penanganan ini, tidak datar-datar saja,” tegas Presiden mengakhiri pernyataan.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Antara News

Tags

Terkini

Terpopuler