Sebut Pemegang Kuasa Didominasi Orang Tambang, Susi Pudjiastut Soroti Nasib Laut Indonesia: Ya Habis

26 Desember 2020, 07:00 WIB
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti /.* /Instagram.com/@susipudjiastuti115

PR CIREBON - Masyarakat Indonesia tentu saja tahu siapa Susi Pudjiastuti.

Susi Pudjiastuti merupakan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Kabinet Kerja 2014-2019.

Meski tak lagi menjabat sebagai menteri, namun Susi Pudjiastuti tetap menunjukkan kepeduliannya terhadap kelautan dan perikanan.

Baca Juga: Simak Syarat dan Caranya, Pemerintah Perpanjang BLT Banpres UMKM Rp2,4 Juta

Susi Pudjiastuti sempat menyoroti beberapa masalah yang ada di Indonesia, termasuk perihal ekspor lobster.

Sebagaimana diberitakan Pikiran-rakyat.com dalam artikel "Sebut Kabinet Dikuasai Orang Tambang, Susi Pudjiastuti Bandingkan Tambang dan Hasil Laut: kan Bodoh", Susi Pudjiastuti merasa dirinya tak lagi punya pengaruh untuk mengubah kebijakan kelautan dan perikanan di tingkat nasional.

Di sisi lain, Susi Pudjiastuti juga menyoroti Kabinet Indonesia Maju yang merupakan periode kedua kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Baca Juga: 79 Kontainer Impor Limbah Bahan Berbahaya Beracun Akan Dikembalikan Pemerintah Indonesia

Ia menyebut Kabinet Indonesia Maju sudah dikuasai oleh orang-orang tambang, sehingga tak memikirkan keberlanjutan ekosistem laut.

"Yang pegang kuasa di pemerintahan saat sekarang majority adalah orang-orang tambang," kata Susi Pudjiastuti yang dikutip Pikiran-Rakyat.com dari kanal YouTube Najwa Shihab pada Kamis 24 Desember 2020.

Mantan Menteri KKP itu menuding, para pejabat di atas tampuk kekuasaan tidak pernah berpikir untuk menjaga kelestarian dan keberlangsungan ekosistem laut.

Baca Juga: Dua Tokoh Masuk Pemerintahan, Rocky Gerung: Sempurnalah Kabinet untuk Menjaga Kehidupan NKRI

"Kalau orang tambang itu ya gali terus sebanyak-banyaknya hari ini supaya kena kita semua," ujar Susi.

"Jangan sampai disisakan nanti kita rugi," imbuhnya.

Susi menyebut tambang dan perikanan adalah dua hal yang berbeda sehingga pengelolaannya tak bisa disamakan.

Baca Juga: Jokowi Fokuskan Budi Gunadi Atasi Covid-19, Andi Arief: Saya Tunggu Pidatonya di Depan TV

"Nah, tambang itu kan nanti akan habis. Kalau ikan, hasil laut dikelolanya seperti tambang, ya habis," tuturnya tegas.

"Tapi kan bodoh, itu (perikanan) kan renewable resources (sumber daya alam terbarukan)," ucap Susi.

"Masak mau dikelola dengan cara mengekstraksi, mengeksploitasi kayak tambang?" lajut tanyanya.

Baca Juga: Jamin Vaksin Covid-19 Gratis, Satgas Covid-19: Masih Uji Klinis, Izin Edar Dikeluarkan Tahun 2021

Susi menjelaskan, tambang habis karena berasal dari fosil yang tidak bisa berkembang biak dan memperbanyak dirinya sendiri.

"Kalau tambang kan fosil, dikeruk habis. Kalau ikan, udang itu hidup," tegas Susi.

"They have capacity, capability to replenish, to multiply (mereka punya kemampuan, kapabilitas untuk mengisi kembali, berkembang biak)" terangnya.

Baca Juga: Belum Dapat Bantuan BST Rp300 Ribu? Begini Tata Cara Daftar DTKS Kemensos di dtks.kemensos.go.id

Ia pun tegas menyebut bidang kelautan dan perikanan di Indonesia takkan maju jika dikuasai oleh orang tambang.

"Selama yang memegang policy (kebijakan) itu orang tambang, ya mereka akan anggap laut itu ditambang bukan dikelola," ujarnya.

Susi merasakan secara langsung bagaimana buruknya pengelolaan laut di Indonesia membuat hasil tangkap nelayan menurun drastis, terutama lobster.

Baca Juga: Lakukan Afirmasi Hak Beragama, Yaqut Cholil Qoumas: Mereka Warga Negara yang Harus Dilindungi

Susi yang 30 tahun berpengalaman di bidang perikanan menyebut dahulu nelayan bisa mendapat dua hingga empat ton lobster besar setiap harinya.

Mulai tahun 2000, nelayan hanya dapat 100-200 kilogram. Sekarang, nelayan hanya dapat 50 kilogram dan sulit untuk mendapatkan lobster besar.

"Saya baru tahu itu (benih lobster) diperdagangkan setelah jadi menteri. So, I wanna do something (Jadi, saya ingin melakukan sesuatu)," urainya.

"Lobster itu yang bikin nelayan kaya. Bukan bibitnya, lobster besarnya karena pengambilannya bisa sustain (berlanjut terus)," pungkas Susi tegas.*** (Mahbub Ridhoo Maulaa/Pikiran-rakyat.com)

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Pikiran-rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler