Tak ayal hal ini pun disesalkan para pengunjung. Mereka menyayangkan lokasi Alun-alun Pataraksa yang bagus berlatar gedung kantor Bupati, tetapi justru minim penerangan.
"Sejak tadi datang, saya lihat nama Alun-alun Pataraksa di bagian depan tidak nyala. Padahal kalau nyala mungkin lebih indah jadinya," ujar Lutfiani seorang pengunjung dari Kec Weru.
Keluhan juga disampaikan Marti seorang pengunjung Alun-alun Pataraksa dari Desa Wotgali Kec Plered. Ia menyesalkan tertutupnya ruang utama Alun-alun Pataraksa oleh genangan air hujan.
"Lihat saja, karena genangan air tersebut, menjadikan anak-anak hnya bisa bermain di sudut atau pinggirannya saja," katanya.
Hal lain yang juga menjadi keluhan para pengunjung adalah maraknya parkir di tepi jalan sekeliling Alun-alun Pataraksa. Perahnya tarif parkir dipungut tak sesuai dengan yang tertera di karcis.
Dalam karcis berwarna merah tersebut terteran untuk sepeda motor Rp 2000 dan untuk mobil Rp 3000. Namun petugas berpakaian preman malah menodong dengan harga di atasnya.
"Seperti mobil, baru saja saya turun dari mobil langsung ditodong dimintai Rp 5000 dan harus dibayar saat itu juga. Padahal jelas-jelas di karcis tertera Rp 3000. Bukan masalah uang nya, tapi hal-hal keci seperti ini yang merusak citra pariwisata," ujar Jaya seorang pengunjung asal Bandung.***