Empal Gentong Makanan Khas yang Selalu Dicari. Rugi Jika tidak Mencicipi

- 26 April 2022, 11:34 WIB
Empal gentong makanan khas kota Cirebon./pikiran-rakyat.com
Empal gentong makanan khas kota Cirebon./pikiran-rakyat.com /
 

 

SABACIREBON-Bandung, Bogor dan Jakarta sangat banyak menawarkan kuliner yang lezat. Batagor di Bandung, ayam goreng Nikmat yang legendaris, roti bakar Gempol. Youghurt Cisangkuy, Lotek Kalipah Apo dan banyak lainnya.

Bogor juga. Ada tawaran banyak makanan terkenal jika berkunjung ke kota hujan ini. Asinan Gedung Lama, Touge goreng Jln. Sudirman, martabak Encek Jln. Suryakencana, Sup buntut Mak Uneh serta banyak lainnya. Dan yang paling aduhai adalah Soto kuning P. Yusuf di daerah Sukasari.

Jakarta dengan sup kaki kambing yang melegenda. Rasa dan aroma yang diawarkan banyak pedagang sungguh "nendang". Sebut bakmi Gang kelinci, Es Ragusa Italia, Gabus Pucung Dapur Betawi, Kerak telur Bang Sape'i. Laksa Betawi Asirot, Martabak Pacenongan, Mie ayam Gondangdia, Nasi uduk Ayam Goreng Zainal Fanani.

Sulit untuk tidak berhenti mencicipi makanan itu, walaupun kadang-kadang jenis yang sama dari seluruh makanan itu juga ada di kota yang beda.

Sebut juga misalnya empal gentong. Terkenal di Pantura atau Cirebon khususnya,  di Bandung,  Bogor serta Jakarta banyak pedagang yang menawarkan makanan bearoma lezat ini.

Jika memasuki Cirebon dari arah Palimanan, sepanjang jalan ini terus ke Tuparev dan pusat kota  banyak tawaran untuk mencicipi empal goreng. Ada empal gentong dengan daging murni, jeroan yang terdiri dari usus, babat dan paru, atau campuran daging dan jeroan.

Baca Juga: Kazuki Takahashi, Calon Pemain Persib Bandung, Berikut Profilnya

Nama-nama empal gentong H. Apud, Empal gentong Krucuk, Empal Mang Darma, empal gentong Amarta dan Hj Dian sudah melekat di hati warganya.

Walaupun banyak pedagang empal lainnya yang juga menawarkan rasa yang lezat dan gurih. "Sulit untuk melupakan makanan ini," kata H. Jajang penduduk Margahayu Permai Kabupaten Bandung.

Untung rupanya, di pemukimannya ada satu rumah yang menawarkan empal gentong. Tidak jauh, dalam radius 1 km dekat Lapangan Udara Sulaiman juga ada tawaran empal gentong. "Dahaga saya terhadap empal gentong bisa terobati," katanya yang menyebutkan cita rasa empal gentong yang ada disini juga tidak kalah dengan yang ada di Cirebon.

Baca Juga: Pendalaman Kasus Korupsi Minyak Goreng mulai ke Daerah, Distributor Minyak Goreng Dimintai Keterangan Jaksa

Dari jajajan jalanan

Terhadap empal gentong -- terutama dalam menyambut arus mudik yang melewati tol Jawa dan Jalan Pantura -- kantor berita Antara menulis, Siapa yang tidak mengenal makanan hasil perpaduan gurihnya santan dan empuknya daging sapi lokal pilihan ini dari empal gentong H. Apud

Memasuki tiga tahun masa pandemi COVID-19, masih lekat dia di hati para pemudik. “Saya singgah di Cirebon untuk mudik sambil berbuka puasa. Kebetulan nih, teman saya yang rekomendasiin. Wajib coba Empal Gentong katanya,” ujar Ahmad (32) salah satu pemudik dari Cikarang, Bekasi.

Baca Juga: Ini Dia Para Peraih Penghargaan Laureus World Sports Awards 2022

Mulai didirikan pada tahun 1994, Empal Gentong Haji Apud dijual hanya dengan menggunakan satu gerobak dan satu kursi saja. Sederhana memang, tapi cita rasanya mampu diacungi lima jempol sekaligus.

Tahun demi tahun, dari gerobak kecil, Haji Apud berhasil mengembangkan usahanya dalam skala yang lebih besar. Dia mendirikan sebuah tempat di sepetak tanah yang dimiliki dan terus tumbuh besar hingga sekarang.

Pengelolanya di masa ini, Nia Kenia mengatakan cita rasa dari makanan mereka dapat berbeda dari yang lain karena adanya peran daging sapi lokal yang berasal dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di wilayahnya.

Baca Juga: Bursa Transfer Bayern Muenchen: Gaet Raul Jimenez, Robert Lewandowski Kemana?

Daging-daging yang kenyal dan empuk tanpa impor itu, dimasak oleh pihaknya saat itu juga. Satu kwintal daging datang pada hari-hari biasa, sedangkan dua hingga dua setengah kwintal daging datang pada hari libur seperti saat mudik. Tidak ada kata daging beku, ucap Nia.

Semua daging yang datang, harus langsung diolah dan habis hari itu juga.

Bagi pemudik yang singgah, mungkin sudah bisa menebak seperti apa rasanya.

Daging yang dipotong dalam bentuk dadu berukuran kecil, direndam bersama kuah santan berwarna kekuningan yang gurih dan panas.

Baca Juga: Buaya Terkam Remaja Putri 13 tahun, Tim SAR Masih Melakukan Pencarian

Visualnya juga semakin memikat mata setelah ditaburi hijaunya irisan daun bawang.

Belum lengkap rasanya bila tidak dikunyah bersama garingnya kerupuk. Bagi pecinta pedas, bubuk cabai dalam mangkuk kecil berwarna merah dapat membantu untuk mendapatkan rasa sedap yang lebih menggugah selera.

Satu mangkuk Empal Gentong di tempat itu dihargai Rp25 ribu saja. Namun, sepertinya akan kurang nikmat bila tidak ditemani dengan manis dan lezatnya sate kambing muda yang dihargai Rp60 ribu atau sate sapi seharga Rp70 ribu.

Baca Juga: Mampu Tunjukan Performa Terbaiknya di FK Senica, Ironis.. Begini Basib Egy dan Witan Saat Ini

Tak lekang waktu.

Pandemi COVID-19 memang memberikan pukulan besar bagi semua orang tanpa terkecuali. Empal Gentong milik Haji Apud ini memang sempat tutup akibat sepi pembeli.

Di bulan Ramadhan, mereka bahkan hanya mampu buka dari pukul 09.00 hingga 21.00 WIB saja. Namun nampaknya tidak dengan tahun ini. ANTARA di lokasi melihat, banyak pemudik yang memenuhi tempat makan itu sambil menikmati Empal Gentong.

Bersama keluarga mereka menikmati cita rasa khas itu meski di luar jalan lalu lalang kendaraan berseru kencang.

Baca Juga: Ibu Chris Rock: Tindakan Smith Tampar Putranya Seolah Menampar Keluarga

Ramai menjadi kata yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi Empal Gentong Haji Apud. Sebanyak 75 karyawan di sana nampak sibuk mondar mandir mencatat pesanan. Makanan terus keluar tanpa jeda baik bagi pengunjung yang datang di bangku bagian depan teras ataupun di dalam

Keramaian itu pulalah yang akhirnya membuat mereka kembali buka mulai dari pukul 11.00 sampai 21.30 WIB. Ini adalah bukti, Empal Gentong masih jadi primadona pemudik.

Rasa penasaran dari bisikan orang-orang, mendorong mereka untuk tetap singgah di Kota Cirebon meski COVID-19 masih berkeliaran mencari mangsa di sekeliling kita.

Baca Juga: Puncak arus Mudik Lebaran di Pelabiuhan Tanjung Priok H-7

Bicara mengenai rasa penasaran karena bisikan tersebut, seorang pejuang mudik lain, Ahmad Mukhlisin (26) mengaku tetap ingin merasakan Empal Gentong, meski baru tiba di Cirebon pada saat langit sudah gelap.

“Rasanya mudik itu beda, habis puasa kita pengen makan dan menghajar mau puas-puasin makan makanan yang enak, terus saya tahu. Empal Gentong rekomendasinya,” ujar dia sambil mengunyah makanan di mulutnya.

Ahmad takjub, kuah yang dirasakannya benar-benar sesuai apa yang dikatakan oleh masyarakat. Letihnya terbayarkan dengan Empal Gentong khas Kota Cirebon. Dinikmatinya makanan itu bersama kerupuk dan satu gelas es teh manis bersama teman-temannya.

Baca Juga: Jalur Bandung Cirebon Terhambat Lagi Ini Gegaranya

Nia yang juga sependapat dengan Ahmad dan Agus, karena rasanya yang khas dan benar-benar terkenal, pihaknya itu sampai membuat inovasi menaruh Empal Gentong dalam kemasan kaleng supaya pemudik baik dalam negeri maupun luar negeri bisa tetap merasakannya, meski kemasan itu memiliki batas kedaluwarsa selama satu tahun.

Nia dengan bangga ikut mengakui, Empal Gentong bukan hanya sekadar bisikan enak saja. Empal Gentong adalah harta karun Kota Cirebon yang harus dinikmati apabila singgah ke kota yang memiliki julukan Kota Udang tersebut.

“Silakan coba Empal Gentong khas Cirebon. Kalau ke Cirebon, enggak ‘nendang’ rasanya kalau enggak coba Empal Gentong,” ajak Nia.***

 

Editor: Aria Zetra

Sumber: ANTARA liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x