SABACIREBON –Salah satu ikon negative Kota Surabaya adalah sebuah kawasan esek-esek Dolly, yang ditutup tahun 2014.
Dolly, kawasan lokalisisi yang identik dengan Saritem di Kota Bandung sempat menjadi tujuan pria hidung belang yang mampir sejenak.
Di masa ‘jayanya’, Dolly juga kerap dikunjungi wisatawan yang penasaran dengan suasana esek-esek yang sangat terbuka.
Baca Juga: Langkah Langka : Pelanggar Lalulintas di Garut Diajak ‘Nyaneut’
Di kiri kanan jalan kawasan Dolly, tak ubahnya pasar malam, namun yang disajikan dan dipromosikannya, perempuan bergaun seksi yang siap menerima limpahan hasrat sesaat.
Dengan berdandan menor dan seksi, para perempuan yang disebut tunasusila, ini duduk santai dalam ruang pamer yang diterangi cahaya, sehingga dari luar sangat jelas dan menarik perhatian.
Meski sudah ditutup tahun 2014 oleh Walikota Surabaya, Risma, namun ternyata Dolly masih menyisakan persoalan.
Baca Juga: Inilah 8 Anggota Polisi yang Ikut dalam Perbangan Jet Pribadi ke Jambi Menemui Keluarga Brigadir J
Namun bukan persoalan esek-esek atau persoalan para mantan perempuan tunasusila kawasan Dolly, melainkan persoalan sejumlah anak yang tidak diketahui dimana orang tuanya, khususnya ayahnya.