Legenda Lawang Sanga Keraton Kasepuhan Cirebon, Pintu Gerbang Dari Laut Jawa Menuju Istana

14 Juli 2022, 08:26 WIB
Foto:jelajah loka /

SABACIREBON-Bangunan Lawang Sanga di Komplek Keraton Kasepuhan, sangat menarik untuk disimak. Keberadaannya berhubungan erat dengan sejarah Islam Cirebon.

Lawang Sanga merupakan bangunan berukuran kecil, tapi memiliki nilai sejarah dan termasuk dalam bangunan cagar budaya yang dilindungi.

Baca Juga: Masjid Agung Sang Cipta Rasa Keraton Kasepuhan, Masjid Para Wali Dibangun Hanya Dalam 1 Malam

Bangunan Lawang Sanga ini petsis terletak di tepi Sungai Kriyan, aliran sungai di bagian belakang dari Keraton Kasepuhan Cirebon.

Uniknnya Lawang Sanga ini merupakan sebuah pintu gerbang menuju Keraton Kasepuhan dari arah perairan (laut).

Dapat dibayangkan ksla itu, bagaimana kesibukan persiran Cirebon hingga pihak Keraton Kasepuhan kemudian membangun pintu gerbang Lawang Sanga.

Baca Juga: Ini Lokasi Tempat Pembuatan SIM Keliling di Bandung Hari Ini

Karenanya, bangunan Lawang Sanga ini mempunyai peranan penting pada masa lalu. Di mana tamu-tamu Kesultanan Cirebon yang hendak menuju istana mereka mesti melewati pintu Lawang Sanga tersebut.

Peranan Lawang Sanga ini tidak hanya dalam bidang sosial ekonomi saja, tetapi juga dalam bidang lainnya.
Seperti kebudayaan, pendidikan dan politik.

Baca Juga: Pertandingan hingga Larut Malam, Persib Protes, Begini Klarifikasi PT LIB Selaku Operator Liga 1 Indonesia

Ini juga menjadi bukti, pada jaman dahulu Kesultanan Cirebon merupakan Kesultanan Islam yang cukup besar.

Mereka telah menjalin hubungan multilateral dengan berbagai negara, bangsa dan kerajaan lain.

Sebut saja di antaranya, dengan orang-orang Gujarat, Campa, Cina, Arab dan lain sebagainya.

Baca Juga: Antonio Conte Mulai Bangun Kekuatan Baru untuk Tottenham Hotspur

Di sinilah peranan Lawang Sanga sedemikian pentingnya sebagai pintu gerbang Keraton dari arah perairan Laut Jawa.

Selain sebagai bangunan penerima dari arah perairan menuju Keraton, Lawang Sanga juga merupakan bangunan simbolis.

Di mana Lawang Sanga juga berperan pada rangkaian tradisi Syafaran yang dilakukan oleh masyarakat tradisional di Cirebon.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Virgo, Kamis 14 Juli 2022.

Secara fisik, bangunan Lawang Sanga ini merupakan bangunan berdinding batu bata.

Istimewanya, Lawang Sanga memiliki pintu yang berjumlah sembilan (lawang = pintu, sanga = sembilan).

Gambaran Detail Kawasan Lawang Sanga Pintu berjumlah sembilan ini secara filosofi merupakan perlambangan dari sembilan lubang hawa yang ada pada tubuh manusia.

Baca Juga: Semi Final Piala AFF U 19, Timnas Vietnam Malu Dibantai Malaysia 3-0, Begini Proses Gol-golnya

Didalam kehidupan manusia, kesembilan lubang tersebut harus selalu dijaga agar tetap bersih.

Manusia harus memfungsikan kesembilan lubang tersebut menurut ketentuan dan kepatutannya sehingga nantinya akan memperoleh derajat yang mulia.

Bangunan Lawang Sanga mempunyai gaya arsitektur yang unik karena merupakan perpaduan dari berbagai unsur budaya. Seperti arsitektur Hindu, Arab dan Cina.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Leo, Kamis 14 Juli 2022.

Adapun konstruksi atap bangunan berbentuk atap tajug. Anehnya tapi tidak didukung oleh konstruksi kuda-kuda.

Konstruksi atap berdiri di atas gunungan dengan bentuk lengkung lancip diatasnya (berbentuk kujang).

Di bagian serambi depan dan belakang ditopang dua buah sekur yang mempunyai gaya yang hampir sama dengan sekur-sekur pada bangunan Cina.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cancer, Kamis 14 Juli 2022.

Konstruksi tajug yang berbentuk piramid berdiri diatas sekur, sehingga gaya beban dari kostruksi atap tidak ditopang oleh dinding dan gunungan.

Akan tetapi disalurkan melalui sekur dan tiang kolom.

Konstruksi atap terbuat dari kayu jati dengan penutup atap dari genteng keramik. Sedangkan dibagian dinding terdapat daun pintu yang cukup besar terbuat dari kayu jati.

Baca Juga: Inilah ParaPebulu Tangkis Indonesia yang Melaju ke Babak Kedua Singapura Open 2022, Chico Terhenti

Konstruksi atap bangunan ini tidak menggunakan paku sebagai penguat struktur dan sambungannya, melainkan hanya menggunakan pasak dari kayu.***

 

Editor: Otang Fharyana

Tags

Terkini

Terpopuler