Pemimpin Hizbullah Sebut Kekalahan Trump dalam Pemilu AS Merupakan Kehancuran yang Memalukan

- 12 November 2020, 14:18 WIB
Ilustrasi pemilu AS
Ilustrasi pemilu AS /Pixabay/TheDigitalArtist


PR CIREBON – Pemimpin Hizbullah Lebanon mengatakan pada Rabu, 11 November waktu setempat bahwa dia senang dengan apa yang disebutnya sebagai kehancuran yang memalukan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, tetapi mendesak sekutu regional untuk waspada terhadap yang ia sebut sebagai kebodohan AS atau Israel selama sisa masa jabatannya.

Sayyed Hassan Nasrallah, dalam pidatonya yang disiarkan televisi, menggambarkan pemerintahan Trump sebagai salah satu pemerintahan yang terburuk, jika bukan yang terburuk di Amerika Serikat, tetapi ia juga mengatakan bahwa presiden baru AS tidak akan mengubah kebijakan pro-Israel di Timur Tengah.

Dikutip Pikiranrakyat-Cirebon.com dari Reuters, Nasrallah menggambarkan pemilu AS sebagai parodi demokrasi. Dia juga menuduh Trump tidak memiliki batasan dan mengatakan arogansi dan agresivitas pemerintahannya telah meningkatkan kemungkinan perang.

Baca Juga: Sebut Tidak Ada Unsur Politik, Presiden Jokowi Anugerahkan Bintang Mahaputera kepada Menlu Retno

Pemimpin Hizbullah yang didukung Iran mengatakan bahwa dia mendapatkan kesenangan pribadi pada hasil pemilihan AS juga karena Trump telah memerintahkan pembunuhan jenderal tertinggi Iran, Qassem Soleimani.

"Dengan orang seperti Trump, segala sesuatu mungkin terjadi selama sisa masa jabatannya. Poros perlawanan harus dalam keadaan kesiapan tinggi untuk merespons dua kali lebih keras jika ada kebodohan Amerika atau Israel," kata Nasrallah, merujuk pada Hizbullah dan sekutu Iran di wilayah tersebut.

Pemerintahan Trump telah memperluas sanksi terhadap Hizbullah, yang dianggap Washington sebagai kelompok teroris, dan sekutu Lebanonnya sebagai bagian dari kampanye tekanan maksimum terhadap Iran yang meningkatkan ketegangan regional.

Baca Juga: KPK Gelar Konstruksi Perkara Tersangka Politikus PPP

Nasrallah mengatakan sanksi AS yang dijatuhkan minggu lalu pada Gebran Bassil, menantu presiden Lebanon, atas tuduhan korupsi dan hubungan dengan Hizbullah adalah bagian dari upaya Washington untuk menekan sekutu politik gerakan bersenjata itu.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x