Sebagai tanggapan, Erdogan mengatakan bahwa Macron menderita masalah kesehatan mental, yang menyebabkan Prancis menarik duta besarnya dari Turki.
"Bukan hanya Prancis yang menjadi sasaran, ada solidaritas total Eropa tentang masalah ini, kami ingin Turki melihat logika ini," lanjut Le Drian.
Kecaman Turki yang berkelanjutan terhadap Macron dan tindakan pemerintah Prancis, dia memperingatkan, dapat mengakibatkan sanksi.
Baca Juga: Senada dengan Pernyataan sang Ayah, Donald Trump Jr Ajak Amerika Berperang Total Atas Pilpres 2020
“Ada cara tekanan, ada agenda kemungkinan sanksi,” kata Le Drian.
Sebagai hasil dari tindakan keras Prancis terhadap komunitas Muslim dan penerimaan Macron terhadap kartun Nabi Muhammad, boikot produk, merek, dan bisnis Prancis di seluruh negara mayoritas Muslim telah diberlakukan oleh entitas non-pemerintah.
Macron telah bersikukuh bahwa pemerintahannya tidak menargetkan Islam itu sendiri, tetapi elemen radikal dan politiknya yang diduga mengancam nilai-nilai sekuler Prancis. Dalam sebuah surat kepada editor surat kabar Inggris kemarin, Macron bersikeras bahwa dia menentang separatisme Islam, tidak pernah Islam secara sepenuhnya.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Tunjukkan Angka Minus, DPR Minta Langkah Konkret Pemerintah untuk Atasi Resesi
Dia berkata bahwa tujuannya untuk mengoreksi artikel yang dia klaim telah salah mengutipnya untuk menstigmatisasi Muslim Prancis untuk tujuan pemilihan dan menumbuhkan iklim ketakutan dan kecurigaan terhadap mereka.
"Saya tidak akan mengizinkan siapa pun untuk mengklaim bahwa Prancis, atau pemerintahnya, mendorong rasisme terhadap Muslim," tegas Macron.***