Vaksin Sputnik V Rusia Diklaim Miliki Antibodi Lebih Tinggi Saingi Pasien Sembuh Covid-19

- 5 September 2020, 11:25 WIB
Ilustrasi vaksin merah putih.
Ilustrasi vaksin merah putih. /Pixabay

PR CIREBON - Vaksin Covid-19 buatan Rusia, Sputnik V, diklaim menghasilkan antibodi penetral yang tercatat 1,4 hingga 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan antibodi pada pasien Covid-19 yang sembuh.

Hal itu diungkapkan oleh pengembang vaksin Covid-19 Rusia, Institut Gamaleya, dalam pemaparan kepada media secara virtual pada Jumat malam, berdasarkan hasil uji klinis tahap I dan II yang dipublikasikan di jurnal medis The Lancet.

"Dalam riset imunogenisitas (kemampuan zat asing memicu respons imun) vaksin ini, kami berhasil menunjukkan bahwa 100 persen relawan memperlihatkan respons imunitas humoral dan selular," kata peneliti Gamaleya, Irina Dolzhikova, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari New York Times.

Baca Juga: Daftar ke KPU Diiringi Ratusan Massa, Rombongan Keponakan Prabowo Abai Protokol Kesehatan Covid-19

Ia menjelaskan bahwa hasil uji klinis tersebut juga menunjukkan tidak adanya efek serius yang terjadi.

Adapun efek yang timbul kebanyakan ringan atau sedang, dan muncul karena nyeri suntikan, hipotermia, sakit kepala, atau nyeri otot.

"Kami dapat menunjukkan bahwa level efek ketidakcocokan serius pada kandidat vaksin lainnya berada pada angka 1 persen hingga 25 persen. Sementara berdasarkan uji klinis yang kami lakukan, tidak ada satupun efek ketidakcocokan serius yang tercatat," ujar Dolzhikova.

Baca Juga: KAMI Keluarkan 3 Tuntutan untuk Pemerintah, Din Syamsuddin: Yang Tidak Setuju Jangan Menghalangi

"Kami juga mampu menghasilkan respons sel T, dan dengan begitu kami bisa menyatakan bahwa vaksin kami memungkinkan pembentukan respons imun secara penuh. Sehingga dapat disebut bahwa vaksin ini aman," kata dia menambahkan.

Sputnik V merupakan vaksin Covid-19 pertama di dunia yang mendapat pengesahan dari pemerintah.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan hal itu pada 11 Agustus, setelah uji klinis dijalankan hanya dalam waktu kurang dari dua bulan.

Baca Juga: Isu Meghan Markle Terjun ke Politik Mencuat, Disebut Nyapres Saingi Ivanka Trump di Pemilu AS 2024

Sebelumnya, sejumlah pihak sempat meragukan vaksin Covid-19 buatan Rusia tersebut, menyebutnya terlalu terburu-buru untuk mendapat persetujuan otoritas sementara uji klinis pun masih berlangsung, serta tidak ada data riset yang dipublikasikan.

Dalam pemaparan media yang sama pada Jumat, Direktur Institut Gamaleya dr. Alexander Gintsburg menyebut bahwa publikasi data penelitian baru dilakukan setelah beberapa lama usai uji klinis tahap I dan II selesai adalah karena mengikuti aturan yang berlaku di Rusia.

"Menurut peraturan Rusia, mempublikasikan laporan (penelitian uji klinis) di jurnal internasional dianggap etis hanya jika produk (hasil penelitian) telah terdaftar di negara ini," kata Gintsburg.***

 

Editor: Nur Annisa

Sumber: New York Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah