Anjing dan Kucing Agresif hingga Menggigit Selama Pandemi, Tiongkok Justru Kekurangan Vaksin Rabies

- 28 Juli 2020, 10:55 WIB
ILUSTRASI vaksin rabies.*/ANTARA
ILUSTRASI vaksin rabies.*/ANTARA /ANTARA/

"Faktor itu tidak bisa dimungkiri sangat berdampak pada produksi vaksin sehingga stok berkurang pada Januari-Februari. Tapi tingginya kesenjangan antara produksi dan permintaan sudah bisa cepat teratasi pada Maret," kata Tao Lina, pakar vaksin dari Shanghai mencoba menenangkan masyarakat, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Global Times.

Produsen vaksin Liaoning Chengda Co Ltd menggeliatkan lagi produksinya pada 2 Maret agar bisa menghasilkan 800.000 dosis vaksin per bulan, sama dengan kapasitas produksi pada 2019.

Nilai produksi vaksin rabies di Tiongkok mencapai 4 miliar yuan atau sekitar Rp8,3 triliun.

Baca Juga: Virus Corona Jadi Kondisi Darurat Kesehatan Global Terparah, WHO: Covid-19 Telah Mengubah Dunia Kita

"Saat tinggal di rumah selama pandemi, masyarakat banyak menghabiskan waktunya bersama binatang piaraan. Hal ini memungkinkan peningkatan serangan anjing pada manusia," kata Tao mengemukakan alasan lain dari tingginya permintaan vaksin rabies tersebut.

Oleh sebab itu dia mendesak pihak terkait memperketat aturan mengenai binatang piaraan dan memperluas jangkauan vaksinasi untuk melindungi masyarakat dari penyakit rabies.

Di Tiongkok kasus rabies menduduki peringkat kelima penyakit menular yang menyebabkan kematian, setelah AIDS, TBC, Hepatitis A, dan Hepatitis B.

Pada 2019 terdapat 276 orang di Tiongkok tewas akibat rabies. Pada 2007 jumlah kematiannya pernah mencapai angka 3.300.

Baca Juga: Sebut Masa Depan Korut Dijamin, Kim Jong Un: Berkat Penangkal Nuklir, Tidak akan Ada Lagi Perang

Tiongkok bisa saja mengikuti India dengan angka kematian setiap tahun lebih dari 2.000 dalam satu dekade terakhir.

Halaman:

Editor: Nur Annisa

Sumber: Global Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah