Lakukan Evakuasi Warga Ukraina dari Tiongkok, Bentrokan dan Cemoohan Sambut Kedatangan Para Pasien

- 21 Februari 2020, 18:28 WIB
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy. /Instagram @zelenskiy_official

 

PIKIRAN RAKYAT – Wabah virus COVID-19 masih melanda di daratan Tiongkok, terutama di Provinsi Hubei. Inilah yang membuat pemerintah tiap negara di seluruh dunia melakukan evakuasi warga negaranya dari wilayah Tiongkok.

Salah satunya adalah Ukraina, yang mengevakuasi warganya dari Provinsi Hubei. Tapi kedatangan warga Ukraina dari Hubei justru mendapat penolakan warga setempat dengan melakukan demo yang berujung kericuhan pada Kamis, 21 Februari 2020.

Baca Juga: Belum Terapkan Budaya Disiplin Lalu Lintas, Banyak Pengendara di Kota Cirebon Lawan Arus saat Tunggu Kereta Api Melintas 

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com melalui situs Reuters, demo dilakukan warga yang menetap di Novi Sanzhary disebabkan kekhawatiran mereka akan kemungkinan terinfeksi dari warga Ukraina yang baru dievakuasi tersebut

Warga Kota Nova Sanzhary berselisih dengan polisi karena mereka membakar ban dan melemparkan proyektil ke deretan bus yang mengangkut warga Ukraina dari Provinsi Hubei ke pusat karantina di sanatorium, Nova Sanzhary pada hari Kamis lalu.

Bahkan, beberapa pengunjuk rasa dan polisi terbaring terluka di tanah setelah bentrokan pecah dan setidaknya ada dua bus yang jendela-jendelanya hancur, sedangkan para pengungsi duduk di belakang tirai di dalam bus.

Baca Juga: Malam Ini, Warga Jakarta Nyalakan 2.020 Lilin Sebagai Bentuk Dukungan untuk Wuhan Terkait Virus Corona

Warga setempat di Novi Sanzhary khawatir mereka bisa terinfeksi walaupun pemerintah berulang kali bersikeras tidak ada bahaya dan ini menjadi permohonan khusus dari Presiden Volodymyr Zelenskiy untuk warga setempat dapat tenang.

Pun begitu, warga Ukraina dari Tiongkok telah terlebih dahulu diperiksa dua kali sebelum diizinkan terbang.

Namun itu tak cukup, kemarahan justru makin berkobar saat para pemrotes memblokir sebuah jembatan yang mengarah ke sanatoriu, sehingga pemerintah harus mengirim ratusan polisi berseragam pelindung lengkap untuk menjaga ketertiban disana.

Baca Juga: Polda Metro Jaya Buat Pengalihan Arus, AKSI 212 Sasar Peranan Polri, Kejaksaaan, dan KPK dalam Selesaikan Kasus Korupsi

"Apakah tidak ada tempat lain di Ukraina yang dapat menampung 50 orang, yang terletak di desa-desa terpencil atau di daerah-daerah yang jauh, sehingga tidak ada ancaman terhadap penduduk sekitar?" tutur warga bernama Yuriy Dzyubenko mengeluhkan pemilihan tempat yang cukup dekat dengan rumah penduduk.

Para pendemo lain menuturkan bahwa warga yang baru saja dievakuasi tersebut harus ditempatkan di Chernobyl yang merupakan tempat bencana nuklir terburuk di dunia pada tahun 1986.

“Mereka lebih baik ditempatkan di parlemen. Presiden Zelenskiy harus menempatkan mereka sendiri jika dia benar-benar percaya tidak ada bahaya,” ujar pendemo lainnya.

Baca Juga: Pemerintah Wacanakan jadi Kota Wisata, Kepala Kesbangpol: Narkoba Bakal Mudah Masuk ke Kota Cirebon

Warga Ukraina merasa khawatir juga disebabkan atas sistem pelayanan kesehatan yang lemah karena korupsi dan ketidakpercayaan publik tersebar luas di Ukraina.

Terlebih pemerintah baru-baru ini juga berperang dengan wabah campak di tengah masyarakat yang enggan untuk memvaksinasi diri mereka sendiri dan anak-anak mereka.

Atas gelombang pemrotes tersebut, Presiden Zelenskiy berusaha meyakinkan masyarakat Ukraina bahwa tidak ada bahaya dan pemerintah telah melakukan segala yang mungkin untuk memastikan virus tidak akan menyebar ke Ukraina.

Baca Juga: Tekan Penyalahgunaan Narkoba di Tingkat Pegawai, 13 PNS Kesbangpol Cirebon Melakukan Tes Urine

“Tapi ada bahaya lain yang ingin saya sebutkan. Bahaya lupa bahwa kita semua adalah manusia dan kita semua adalah warga Ukraina,” tutur Zelenskiy.

Sementara itu, Tiongkok melaporkan, penurunan kasus baru di Provinsi Huberi pada Kamis lalu, meskipun jumlah kematian sejauh ini mencapai lebih dari 2.000 orang dan telah menjadikan virus corona sebagai salah satu darurat kesehatan global terbesar dalam beberapa dekade terakhir.

 

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x