Sementara itu, China dengan AS mengalami perang dagang pada 2019, tetapi perdagangan gas berhenti sebentar.
Hal tersebut karena fasilitas ekspor LNG dapat memakan waktu bertahun tahun untuk dibangun.
Baca Juga: Snowdrop Siap Tayang, Intip Aksi Jisoo BLACKPINK dalam Teaser Baru Ini
Namun, ada beberapa proyek di Amerika Utara, yang sedang dikerjakan, yang diperkirakan tidak akan mulai mengekspor hingga pertengahan dekade ini.
Pada pembicaraan dengan eksportir AS tersebut, dimulai sejak awal tahun ini, akan tetapi dipercepat dalam beberapa bulan terakhir.
Hal tersebut dilaakukan, pada saat bahan bakar pembangkit listrik terbesar tengah mengalami krisis, dalam beberapa dekade.
Menurut, sumber industri senior yang berbasis di Beijing, bahwa perusahaan tengah mengalami kesenjangan pasokan pada musim dingin.
"Perusahaan menghadapi kesenjangan pasokan (untuk musim dingin) dan harga melonjak," ucapnya.
"Pembicaraan benar-benar meningkat sejak Agustus ketika harga spot menyentuh $15/mmbtu (sekitar Rp211 ribu)," sambungnya.