Serangan itu terjadi sehari setelah polisi keamanan menangkap Chow Hang-tung, wakil ketua aliansi, dan tiga pemimpin lainnya karena tidak memberikan informasi menurut undang-undang keamanan nasional.
Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Channel News Asia, keempatnya saat ini ditahan untuk penyelidikan.
Bulan lalu, polisi memerintahkan kelompok tersebut untuk menyerahkan rincian keuangan dan operasional, menuduhnya bekerja sebagai agen asing.
Permintaan tersebut mencakup rincian pribadi semua anggota sejak didirikan pada tahun 1989, semua notulen rapat, catatan keuangan, dan setiap pertukaran dengan LSM lain yang mengadvokasi demokrasi dan hak asasi manusia di Tiongkok.
Pada hari batas waktu penyerahan informasi, anggota aliansi menyerahkan surat kepada polisi yang mengatakan permintaan itu ilegal, sewenang-wenang dan bahwa tidak ada bukti kesalahan mereka yang diajukan.
Baca Juga: Taliban Dikabarkan Serang Jurnalis di Afghanistan, Sebabkan Kekhawatiran Terhadap Kebebasan Pers
Ketika polisi menggerebek museum, 12 aktivis demokrasi, termasuk wakil ketua aliansi Albert Ho, mengaku bersalah atas tuduhan menghasut dan bergabung dengan majelis yang tidak sah selama nyala lilin 4 Juni pada tahun 2020.
Tindakan itu merupakan yang pertama dilarang oleh pihak berwenang sejak 1990.
Dalam pidato mitigasinya, Ho mengatakan dia menolak tuduhan bahwa mereka adalah agen asing.