Negar Mortazavi, seorang jurnalis dan analis Iran-Amerika, mengatakan dia pesimis tentang prospek pemulihan kembali kesepakatan yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA).
Pemerintah Raisi yang dijalankan oleh para ideolog, lebih tertarik pada hubungan dengan Tiongkok dan Rusia, mereka tidak akan terburu-buru untuk bernegosiasi dengan AS.
“Saya siap untuk kemungkinan bahwa pengembalian kesepakatan nuklir tidak akan terjadi,” kata Mortazavi kepada Al Jazeera, seperti dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com.
“Dan ini tidak hanya di pihak Iran, tetapi juga pemerintahan Biden. Joe Biden sendiri meskipun dia berjanji untuk kembali ke JCPOA sepertinya dia tidak mau menghabiskan modal politik yang diperlukan untuk pengembalian ini.”
Iran mengatakan semua sanksi harus dicabut jika ingin mengembalikan kesepakatan nuklir.
Baca Juga: Jepang akan Perpanjang Keadaan Darurat Covid-19 di wilayah Tokyo
Sebagai kandidat, Biden berjanji untuk memulihkan kesepakatan yang membuat Iran mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi terhadap ekonominya.
Pemerintah mengatakan pihaknya berusaha membuat kesepakatan itu "lebih lama dan lebih kuat", dan menggunakannya sebagai platform untuk mengatasi masalah yang lebih luas dengan Teheran, termasuk rudal balistik Iran dan kegiatan regional.
Menteri luar negeri Iran Hossein Amir Abdollahian mengatakan Iran setuju untuk melanjutkan pembicaraan Wina.