PR CIREBON – Kekacauan yang terjadi di luar bandara Kabul, Afghanistan, semakin meningkat hingga menyebabkan korban.
Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Channel News Asia, terdapat mayat sedikitnya tiga orang dalam bentrokan terik di luar bandara Kabul, ibu kota Afghanistan itu.
Korban berjatuhan ketika ribuan orang Afghanistan berusaha mati-matian untuk melarikan diri dari kekuasaan Taliban yang telah mencapai Kabul, dalam evakuasi yang kacau.
Baca Juga: Pilih Salah Satu Simbol Ini dan Temukan Ketakutan Terbesar dalam Dirimu, Salah Satunya Kegagalan
Rekaman dari Sky News Inggris menunjukkan tentara menutupi tiga mayat dengan terpal putih. Tidak jelas bagaimana mereka meninggal.
Reporter Sky News, Stuart Ramsay yang berada di luar bandara, mengatakan bahwa banyak kerumunan orang-orang saling tertimpa antara satu dengan yang lain.
Sedangkan petugas medis bergegas dari satu korban ke korban lainnya. Rekaman itu juga menunjukkan beberapa orang terluka.
Ramsay mengatakan orang-orang mengalami dehidrasi dan ketakutan, dan dia memperlihatkan tentara yang mengarahkan selang ke kerumunan.
Menurutnya, pasukan melakukan apa pun apa pun agar kerumunan orang-orang bisa lebih tertib.
Mengingat kekacauan yang ada, dia mengatakan kematian itu tampaknya tak terhindarkan.
Bandara telah menjadi lokasi keputusasaan warga Afghanistan sejak Taliban menguasai Kabul pada 15 Agustus lalu.
Puluhan ribu warga Afghanistan menunggu dalam cuaca panas selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari untuk mendapatkan penerbangan evakuasi.
Keluarga-keluarga yang mengharapkan mampu melarikan diri telah berkerumun di antara batas-batas kawat berduri yang memisahkan pejuang Taliban dari pasukan AS dan sisa-sisa brigade pasukan khusus Afghanistan yang membantu mereka.
Baca Juga: Usai Kuasai Afghanistan, Kini Taliban Melarang Para Perempuan untuk Bekerja
Jalan menuju bandara telah tersendat oleh lalu lintas, dan ada laporan tentang Taliban atau gerilyawan lain yang menghentikan dan memukuli atau melecehkan warga Afghanistan yang mencoba melarikan diri.
AS, yang telah menguasai bandara, telah berulang kali memperingatkan orang-orang untuk menjauh kecuali mereka berada dalam daftar evakuasi.
Sedangkan Presiden AS Joe Biden menyebut evakuasi lewat udara itu merupakan salah satu yang terbesar dan paling sulit dalam sejarah.***