Rusia dan Tiongkok Lakukan Latihan Militer Bersama Skala Besar, Sebut Alasan Perdalam Operasi Anti-Terorisme

- 11 Agustus 2021, 16:40 WIB
Ilustrasi - Melakukan operasi militer skala besar bersama, Rusia dan Tiongkok mengungkapkan beberapa alasan, termasuk operasi anti-terorisme.
Ilustrasi - Melakukan operasi militer skala besar bersama, Rusia dan Tiongkok mengungkapkan beberapa alasan, termasuk operasi anti-terorisme. /Pixabay/Military_Material/

PR CIREBON – Rusia dan Tiongkok dilaporkan telah mulai mengadakan latihan militer bersama skala besar di wilayah Ningxia utara.

Latihan militer itu dilakukan saat Rusia dan Tiongkok berdebat dengan Washington dan sekutu Baratnya mengenai berbagai masalah, termasuk hak asasi manusia dan masalah keamanan regional.

Latihan militer antara Rusia dan Tiongkok yang bernama Sibu/Kerjasama-2021 itu dimulai pada Senin, 9 Agustus 2021 lalu dan akan berlangsung hingga Jumat mendatang.

Baca Juga: Lionel Messi Resmi Bermain bagi Klub Raksasa Prancis, PSG Sebut Tidak Ada Nomor 10 untuk sang Pemain

Latihan tersebut melibatkan lebih dari 10.000 pasukan darat dan angkatan udara.

Militer Rusia mengatakan bahwa mereka telah mengirim pesawat tempur Su-30SM, unit senapan bermotor dan sistem pertahanan udara ke Tiongkok sebagai bagian dari latihan tersebut.

Latihan tersebut menandai pertama kalinya tentara Rusia menggunakan senjata Tiongkok setelah melakukan latihan bersama sejak 2005.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Cinta Hari Ini Rabu, 11 Agustus 2021, Capricorn Harus Saling Percaya dan Pisces Mulai Serius

Latihan tersebut bertujuan untuk apa yang mereka sebut sebagai memperdalam operasi anti-terorisme bersama.

Rusia dan Tiongkok juga menyebut latihan militer itu menunjukkan tekad kuat dan kekuatan kedua negara untuk bersama-sama menjaga keamanan dan stabilitas internasional dan regional.

"Ini mencerminkan posisi baru kemitraan koordinasi strategis komprehensif Tiongkok-Rusia untuk era baru dan saling percaya strategis, pertukaran pragmatis dan koordinasi antara kedua negara," kata Xinhua, media lokal Tiongkok.

Baca Juga: PBB Sebut Junta Militer Bertekad Perkuat Kekuasaan di Myanmar: Ini Upaya Promosikan Legitimasi

Richard McGregor, pakar Tiongkok di lembaga pemikir Lowy Institute yang berbasis di Australia, mengatakan hubungan yang berkembang antara Beijing dan Moskow lebih dari sekadar kerjasama untuk kenyamanan.

“Frasa itu meremehkan kedalaman kepentingan bersama mereka, dan tentu saja yang terbesar adalah menentang AS dan merongrong AS dan Barat,” kata McGregor, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.

Wilayah Ningxia berbatasan dengan Xinjiang, di mana Tiongkok dituduh menahan lebih dari satu juta warga Uighur di kamp-kamp interniran.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Karier Keuangan, 11 Agustus 2021: Scorpio Investasi dan Sagitarius Fokuslah

Kritikus, termasuk AS, mengatakan warga Uighur yang ditahan telah menjadi sasaran pelanggaran hak asasi manusia, termasuk penahanan sewenang-wenang, kerja paksa, penyiksaan, sterilisasi paksa dan pemisahan keluarga.

Tiongkok telah membantah tuduhan itu dan mengklaim kamp-kamp itu adalah pusat pendidikan ulang yang didirikan untuk memerangi separatisme dan terorisme dan meningkatkan pembangunan ekonomi.

Xinjiang berbagi perbatasan yang sempit dengan Afghanistan, dan Beijing khawatir tentang kekerasan yang meluas di perbatasannya jika Taliban melanjutkan kemajuan mereka.

Baca Juga: Cegah Penyebaran Virus Marburg, WHO Sebut 155 Orang Berada di Bawah Pengawasan Otoritas Kesehatan Guinea

Secara terpisah, Rusia pada Selasa, 10 Agustus 2021 menyelesaikan latihan bersama di Tajikistan dengan pasukan Uzbek dan Tajik di dekat perbatasan Afghanistan.

Moskow juga mengatakan pihaknya sedang membangun pangkalan militernya di Tajikistan dengan senapan serbu dan senjata lainnya.

Hubungan Rusia-Tiongkok tumbuh lebih kuat pada tahun 2014, ketika hubungan politik Moskow dengan Barat merosot ke posisi terendah Perang Dingin atas pencaplokan Krimea dari Ukraina.

Baca Juga: Gubernur New York Andrew Cuomo Mengundurkan Diri karena Tuduhan Pelecehan Seksual

Moskow telah mendukung Beijing dalam klaimnya atas hampir seluruh Laut China Selatan, di mana Tiongkok bentrok dengan AS pada pertemuan tingkat tinggi Dewan Keamanan PBB tentang keamanan maritim.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x