Ilmuwan MIT Ciptakan Alat Diagnostik, Dapat Mendeteksi Kanker dalam Kandungan Urin

- 2 Agustus 2021, 06:30 WIB
ILUSTRASI - Ilmuwan di Massachusetts Institute of Technology (MIT) menciptakan alat diagnostik untuk mendeteksi kanker lewat kandungan urin.*
ILUSTRASI - Ilmuwan di Massachusetts Institute of Technology (MIT) menciptakan alat diagnostik untuk mendeteksi kanker lewat kandungan urin.* /Pixabay.com/@doodlartdotcom

PR CIREBON — Hasil penelitian ilmuwan di Massachusetts Institute of Technology (MIT), telah menciptakan alat diagnostik nanopartikel yang dapat mendeteksi sel kanker yang terkandung dalam urin.

Alat diagnostik kanker lewat kandungan urin hasil penelitian ilmuwan di MIT tersebut, tidak terlihat dengan mata telanjang.

Memiliki lebar kurang dari 100 nanometer, juga dapat dimodifikasi untuk berfungsi sebagai agen pencitraan untuk menyoroti lokasi tumor kanker yang dikonfirmasi dari pemindaian.

Baca Juga: Ingin Bekerja dengan Raffi Ahmad? Rans Entertainment Buka Lowongan Kerja untuk Semua Jurusan di Dua Posisi Ini

Dikutip PikiranRakyat.Cirebon.com dari Euro News, Jumat, 30 Juli 2021, menurut peneliti, alat nanopartikel, setelah disetujui untuk digunakan manusia, dapat dimasukkan ke dalam tes urin medis rutin untuk menyaring jejak sel kanker.

Jika kanker ditemukan, pasien dapat diberikan nanopartikel untuk ditelan sebelum menjalani pemindaian pencitraan Positron Emission Tomography (PET) untuk menemukan sumber penyakit.

Alat tersebut akan bekerja dikombinasikan dengan senyawa 'pelacak' radioaktif yang disebut tembaga-64 yang biasanya ditelan, dihirup atau disuntikkan, dan yang mendeteksi sel kanker dan melacak jalur kembali ke sumbernya, atau dapat melacak penyebaran penyakit.

Baca Juga: Anies Baswedan Kunjungi Warga DKI Jakarta yang Isolasi Mandiri di Taman Margasatwa Ragunan

Institut sains dan teknologi terkenal di dunia ini mengatakan nanopartikel pada prinsipnya dapat digunakan untuk mendeteksi kanker di mana saja di tubuh. Termasuk, tumor yang telah menyebar dari lokasi utama mereka, sebuah proses yang dikenal sebagai 'metastasis'.

Profesor Sangeeta Bhatia, pemimpin tim proyek MIT, melihatnya sangat cocok untuk mengevaluasi respons pasien terhadap pengobatan dan untuk pemantauan jangka panjang tumor berulang.

Halaman:

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Euro News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x