Perkembangan itu terjadi beberapa hari setelah mayat pasien yang terinfeksi COVID ditemukan mengambang di sungai di Uttar Pradesh dan Bihar.
Khususnya, Karnataka menjadi negara bagian pertama di negara itu yang memperkenalkan sistem pengawasan limbah kota di Bengaluru untuk mengidentifikasi kluster COVID-19 potensial dalam air.
Instalasi Pengolahan Air Limbah menerima 106 juta liter per hari limbah cair atau limbah dari Rumah Sakit Sipil yang merawat pasien COVID-19.
RNA virus diisolasi dari sampel limbah dan analisis RT-PCR dari RNA virus dilakukan untuk mengetahui keberadaan SARS-CoV-2.
Hasil penelitian menunjukkan sampel IPAL pada tanggal 8 Mei dan 27 Mei positif dengan gen SARS-CoV-2.
Sekarang para peneliti ingin tes serupa dilakukan di seluruh negeri untuk mengetahui apakah virus ditemukan di badan air di tempat lain.
Penemuan bahwa virus Corona dapat tetap hidup dan aktif didalam air sangat mengkhawatirkan karena sangat berbahaya.
Para Ahli sedang berupaya sedalam-dalamnya untuk dapat memecahkan masalah baru ini.***