Disebut sebagai Tantangan Sistemik oleh NATO, Tiongkok Protes: Mewakili Mentalitas Perang Dingin

- 16 Juni 2021, 17:25 WIB
Tiongkok memprotes ucapan NATO yang menyebut negara itu tantangan sistemik, sebut mewakili mentalitas perang dingin.
Tiongkok memprotes ucapan NATO yang menyebut negara itu tantangan sistemik, sebut mewakili mentalitas perang dingin. /Reuters/Yves Herman/

PR CIREBON – Tiongkok mendesak negara-negara anggota NATO untuk berhenti membesar-besarkan apa yang disebutnya sebagai teori ancaman Tiongkok.

Dalam pertemuan negara-negara NATO, aliansi keamanan transatlantik 30 negara itu berjanji untuk melawan tantangan sistemik yang ditimbulkan oleh kebijakan Tiongkok.

Tanggapan Tiongkok pada Selasa, 15 Juni 2021 waktu setempat itu datang sehari setelah para pemimpin NATO bertemu di Brussels.

Baca Juga: Perbaiki Hubungan dengan Kalina Ocktaranny, Vicky Prasetyo: Setiap Kejadian Pasti Ada Hikmahnya

Mereka mengkritik persenjataan nuklir Beijing serta kemampuan ruang angkasa dan perang sibernya.

“Ambisi dan perilaku tegas Tiongkok menghadirkan tantangan sistemik terhadap tatanan internasional berbasis aturan dan area yang relevan dengan keamanan aliansi,” kata para pemimpin NATO dalam pertemuan tersebut.

Sikap tegas NATO terhadap Tiongkok menandai kemenangan diplomatik bagi Presiden AS Joe Biden, yang telah mendesak rekan-rekan pemimpinnya untuk menentang kekuasaan absolut dan kekuatan militer Tiongkok yang sedang tumbuh.

Baca Juga: Ramal Tanggal Pernikahan Rizky Billar dan Lesti Kejora di Bulan Juli, Denny Darko: di Bawah Tanggal 15

Hal itu merupakan perubahan fokus bagi aliansi yang awalnya diciptakan untuk mempertahankan Eropa dari Uni Soviet selama perang dingin.

Sebagai tanggapan, Tiongkok menyerukan NATO untuk melihat perkembangan Tiongkok secara rasional, dan berhenti membesar-besarkan berbagai bentuk teori ancaman.

Selain itu, Tiongkok juga meminta NATO untuk tidak menggunakan kepentingan sah dan hak hukum Tiongkok sebagai alasan untuk memanipulasi politik kelompok secara artifisial yang bisa menciptakan konfrontasi.

Baca Juga: Ternyata Sosok Ini yang Buat Vicky Prasetyo Kembali ke Pelukan Kalina Ocktaranny

“Tuduhan NATO itu memfitnah perkembangan damai Tiongkok, salah menilai situasi internasional, dan mewakili kelanjutan mentalitas perang dingin,” kata pernyataan Tiongkok itu, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.

"Kami tidak akan memberikan tantangan sistemik kepada siapa pun, tetapi jika ada yang ingin mengajukan tantangan sistemik kepada kami, kami tidak akan acuh tak acuh," tambahnya.

Pertukaran tegang terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran global tentang perdagangan, teknologi, dan kebijakan hak asasi manusia Tiongkok.

Baca Juga: Kalina Ocktaranny ke Vicky Prasetyo: Tegur Aku Jika Salah, Jangan Jauhi Aku...

Pertemuan negara-negara G7 di Inggris juga mengecam Beijing atas perlakuannya terhadap minoritas Uighur di wilayah Xinjiang, menyerukan agar Hong Kong mempertahankan otonomi tingkat tinggi, dan menuntut penyelidikan penuh atas asal-usul virus Corona.

Sementara itu, gesekan militer meningkat antara Tiongkok dan persaingan selama setahun terakhir, termasuk di selat Taiwan, Laut China Selatan, dan di perbatasan Tiongkok-India di Himalaya.

Menurut Tiongkok, mereka berkomitmen pada kebijakan pertahanan yang bersifat defensif dan menyebut upayanya untuk modernisasi pertahanan dan militer dibenarkan, masuk akal, terbuka dan transparan.

Baca Juga: Israel Kembali Melancarkan Serangan Udara di Jalur Gaza

"Tiongkok berkomitmen untuk pembangunan damai. Kami tidak akan pernah melepaskan hak kami untuk menegakkan perdamaian, dan akan berdiri teguh dalam membela kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan kami.

“Kami akan mengikuti dengan cermat penyesuaian strategis NATO dan penyesuaian kebijakannya terhadap Tiongkok,” jelas pernyataan itu.

Tiongkok juga meminta NATO untuk berhenti melakukan apa yang disebut sebagai mengambil kepentingan dan hak sah Tiongkok sebagai alasan untuk memanipulasi politik blok, menciptakan konfrontasi, dan memicu konfrontasi geopolitik.

Baca Juga: Ini Janji Giring Ganesha Jika Terpilih Jadi Presiden Indonesia 2024

“Sebaliknya, NATO harus mencurahkan lebih banyak energinya untuk mempromosikan dialog dan kerja sama dan membuat lebih banyak upaya yang benar-benar kondusif untuk menegakkan keamanan dan stabilitas internasional dan regional,” tambahnya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah