Ia mulai mengumpulkan senapan berburu di kota asalnya Mindat, setelah pihak militer mulai menembaki pengunjuk rasa pada pertengahan Febuari tahun ini.
“Dulu kami berharap orang-orang dari luar (negara lain) akan berjuang untuk kami, tetapi itu tidak pernah terjadi,” ucapnya.
Baca Juga: Aliansi BEM Seluruh Indonesia Serukan Firli Bahuri Mundur dari Ketua KPK
Saya tidak pernah dalam hidup saya berpikir saya akan memegang senjata, tetapi saya cepat berubah pikiran setelah mengetahui tentang pembunuhan warga sipil tak bersenjata yang tidak bersalah di seluruh negeri,” sambung Salai Vakok.
Ia merasa tidak bisa tinggal diam dan harus membalas mereka yang telah gugur.
Sejauh ini, pihak militer menanggapi perlawanan senjata dengan melakukan serangan udara dan darat tanpa pandang bulu.
Lebih dari 230 ribu orang telah meninggalkan rumah mereka setelah terjadi kudeta, sebagian besar bersembunyi di hutan.***