WHO Beri Nama Baru untuk Varian Covid-19 dengan Alfabet Yunani, Begini Alasannya

- 1 Juni 2021, 16:55 WIB
Ilustrasi Covid-19 - WHO memberikan nama baru bagi varian Covid-19 dengan alfabet Yunani karena sebab tertentu, berikut alasannya.
Ilustrasi Covid-19 - WHO memberikan nama baru bagi varian Covid-19 dengan alfabet Yunani karena sebab tertentu, berikut alasannya. /PIXABAY/thedigitalartist-202249

PR CIREBON – Varian Covid-19 yang berasal dari berbagai negara kini diberi nama baru oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan alfabet Yunani.

Penamaan alfabet Yunani itu dilakukan WHO untuk menghindari stigmatisasi negara tempat varian Covid-19 tersebut pertama kali terdeteksi.

Sistem penamaan baru dengan alfabet Yunani berlaku untuk varian Covid-19 yang menjadi perhatian dan varian tingkat kedua yang sedang dilacak.

Baca Juga: Argentina Dicoret CONMEBOL, Brasil Resmi Jadi Tuan Rumah Copa America

"Nama varian baru tidak akan menggantikan nama ilmiah yang ada, tetapi ditujukan untuk membantu dalam diskusi publik," kata Dr Maria Van Kerkhove, kepala teknis Covid-19 WHO.

Di bawah sistem baru, varian Covid-19 yang menjadi perhatian berubah menjadi nama-nama berikut: varian Inggris B117 menjadi Alpha; B1351 yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan menjadi Beta, sedangkan P.1 Brasil menjadi Gamma.

Sedangkan varian India B1617 dibagi menjadi sub-garis keturunan, di mana varian B16172 menjadi Delta, dan varian B16171 yang menjadi peminatan disebut Kappa.

Baca Juga: Restoran Prancis Sajikan Makanan Masa Depan Kaya Protein dan Serat, Salah Satunya Belalang Lapis Coklat

Selain nama-nama ini, ada dua nama ilmiah lain yang digunakan untuk setiap mutasi, sementara nama geografis yang berbeda telah digunakan untuk menggambarkan varian yang sama.

Misalnya, di mana negara lain menyebut varian Inggris, di Inggris sendiri varian itu sering disebut varian Kent, daerah di tenggara Inggris tempat varian virus pertama kali ditemukan.

Nama-nama garis keturunan seperti B1172 masih akan terus digunakan di kalangan ilmiah, untuk informasi mutasi yang disampaikan.

Baca Juga: Hari Lahir Pancasila: Khofifah Indar Parawansa Minta Masyarakat Jawa Timur Lakukan Ini

"Meskipun memiliki kelebihan, nama-nama ilmiah ini sulit untuk diucapkan dan diingat, dan cenderung salah dilaporkan," kata WHO dalam sebuah pernyataan, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Straits Times.

Akibatnya, orang sering menggunakan varian panggilan berdasarkan tempat terdeteksi, yaitu menstigmatisasi dan diskriminatif.

"Untuk menghindari ini dan untuk menyederhanakan komunikasi publik, WHO mendorong otoritas nasional, media dan lainnya untuk mengadopsi label baru ini," lanjut WHO.

Baca Juga: Cara Lesti Kejora dan Rizky Billar Umumkan Lamaran Layaknya Kontes, Denny Darko: Enggak Gitu Juga Kali!

Awal bulan ini, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menandatangani undang-undang ujaran kebencian yang bertujuan melindungi orang Amerika keturunan Asia.

Hal itu disebabkan orang Amerika keturuan Asia mengalami lonjakan serangan selama pandemi Covid-19.

Kelompok anti-ekstremisme AS mengatakan jumlah serangan dan kejahatan rasial terhadap orang Asia-Amerika telah meledak sejak awal krisis.

Baca Juga: Krisis Tingkat Kelahiran, Pemerintah Tiongkok Terapkan Kebijakan Tiga Anak Kepada Warganya

Mereka menyebut mantan presiden Donald Trump sebagai sumber yang menggaungkan kejahatan rasial itu, karena berulang kali menyebut Covid-19 sebagai ‘virus Tiongkok’.

Sementara itu, WHO telah mencoba membuat nomenklatur baru yang disederhanakan untuk varian tersebut selama beberapa bulan.

Alfabet Yunani berisi 24 huruf tetapi belum ada rencana soal alphabet mana lagi yang akan digunakan jika sudah habis.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Straits Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah