Pandemi Covid-19 di Tengah Kudeta Militer, Nakes Myanmar: Kami Bekerja dengan Tiga Orang Staf

- 30 Mei 2021, 14:05 WIB
Tenaga kesehatan Myanmar kewalahan dengan pandemi Covid-19 di tengah kudeta yang masih belum usai, hingga beroperasi dengan 3 orang.
Tenaga kesehatan Myanmar kewalahan dengan pandemi Covid-19 di tengah kudeta yang masih belum usai, hingga beroperasi dengan 3 orang. /Dawei Watch/via Reuters

PR CIREBON – Di tengah kekacauan akibat protes anti kudeta yang masih belum usai, masyarakat Myanmar juga berjuang untuk mengatasi pandemi Covid-19 yang hampir melumpuhkan sistem kesehatan.

Pasien Covid-19 yang berada di rumah sakit dekat perbatasan Myanmar dan India, harus mengalami sesak napas, demam, dan tanpa oksigen ekstra yang membantu mereka tetap hidup.

Untuk membantunya merawat tujuh pasien Covid-19 di RS Cikha, Myanmar pada siang dan malam, kepala perawat Lun Za En memiliki teknisi lab dan asisten apoteker.

Baca Juga: Malaysia Laporkan 9.020 Kasus Covid-19 Baru dalam Sehari, Jadi Kasus Harian Tertinggi Sejak Pandemi

Namun, yang ditawarkan para asisten di rumah sakit sebagian besar merupakan kata-kata penyemangat dan parasetamol.

"Kami tidak memiliki cukup oksigen ataupun peralatan medis. Tidak ada listrik, dokter atau ambulans yang cukup. Kami bekerja dengan tiga orang staf, bukan 11," ungkap Lun Za En, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Reuters.

Tindakan pencegahan Covid-19 Myanmar tidak lagi efektif, apalagi dengan lumpuhnya sistem kesehatan setelah militer merebut kekuasaan pada 1 Februari.

Baca Juga: Sudah Lama Tak Datangi Lokasi Pembangunan Rumah Barunya, Atta Halilintar: Gila guys!

Sebelum Aung San Suu Kyi digulingkan, pemerintahnya telah meningkatkan pengujian Covid-19, karantina, dan perawatan bagi pasien.

Layanan di rumah sakit umum Myanmar runtuh setelah banyak dokter dan perawat bergabung dalam pemogokan dalam Gerakan Pembangkangan Sipil di garis depan yang menentang kekuasaan militer, terkadang berada di garis depan.

Menurut data WHO, tiga belas petugas medis telah terbunuh dari 179 serangan terhadap petugas kesehatan, fasilitas dan transportasi.

Baca Juga: Ramalan Tarot Mingguan 31 Mei-6 Juni 2021, Capricorn Kesuksesan Milik Anda, Aquarius Sangat Dekat dengan Karma

Sekitar 150 petugas kesehatan telah ditangkap, serta ratusan dokter dan perawat lain tengah dicari atas tuduhan penghasutan.

Baik juru bicara junta maupun kementerian kesehatan tidak menanggapi permintaan komentar.

Junta, yang awalnya menetapkan memerangi pandemi sebagai salah satu prioritasnya, telah berulang kali mendesak petugas medis untuk kembali bekerja, namun hanya sedikit yang menanggapi.

Baca Juga: Mark Eaton Bintang Bola Basket Utah Jazz Peraih NBA All Star Meninggal Dunia Saat Bersepeda

Seorang pekerja di salah satu pusat karantina Covid-19 di ibu kota komersial Myanmar, Yangon, mengatakan semua petugas kesehatan spesialis di sana telah bergabung dengan Gerakan Pembangkangan Sipil.

"Selain itu, kami tidak menerima pasien baru lagi karena pusat tes Covid tidak memiliki staf untuk diuji," kata pekerja tersebut, yang menolak menyebutkan namanya.

Seminggu sebelum kudeta, tes Covid-19 secara nasional rata-rata dilakukan lebih dari 17.000 sehari. Data itu turun di bawah 1.200 sehari dalam tujuh hari.

Baca Juga: Ramalan Kartu Tarot Mingguan 31 Mei-6 Juni 2021: Prestasi dan Pilihan Tepat Bagi Cancer Tapi Leo Sebaliknya

Myanmar telah melaporkan lebih dari 3.200 kematian akibat Covid-19 dalam 140.000 kasus, meskipun kemerosotan dalam pengujian telah menimbulkan keraguan atas data yang menunjukkan kasus baru dan kematian sebagian besar tidak berubah sejak kudeta.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x