Kekurangan Kebutuhan Dasar dan Tak Ada Transportasi, Begini Kisah Warga Palestina di Pengungsian

- 18 Mei 2021, 19:15 WIB
Ilustrasi - Warga Palestina yang mengungsi akibat serangan udara oleh Israel di Jalur Gaza bercerita tentang kekurangan kebutuhan dasar.
Ilustrasi - Warga Palestina yang mengungsi akibat serangan udara oleh Israel di Jalur Gaza bercerita tentang kekurangan kebutuhan dasar. /Reuters/Mohamad Torokman

PR CIREBON – Serangan udara oleh Israel di Jalur Gaza masih terus dilakukan hingga hari ini, menyebabkan banyak korban masyarakat sipil, termasuk wanita dan anak-anak.

Warga Palestina yang tinggal di Gaza berbagi pengalaman menyedihkan mereka terkait serangan udara oleh Israel itu.

Bukan hanya kehilangan sanak saudara, warga Palestina di Jalur Gaza juga kekurangan kebutuhan dasar mereka, termasuk makanan.

Baca Juga: Raffi Ahmad Sekeluarga Pergi ke Malang Naik Jet Pribadi, Raffi: Mudah-mudahan Kita Punya

Suher al-Arbeed misalnya, yang menggendong bayinya yang baru lahir, Hasan, di lantai sebuah ruang kelas di Kota Gaza, membuat daftar kebutuhan dasar yang mereka kurang.

“Kami membutuhkan makanan, pakaian, selimut, kasur dan susu,” kata al-Arbeed, yang melahirkan dua minggu lalu, dalam wawancara telepon.

"Punggungku sakit karena tidur di atas selimut tipis di lantai. Saya harus meminta popok orang lain untuk anak saya," tambahnya, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.

Baca Juga: Desak Israel dan Palestina untuk Lindungi Warga Sipil, Menlu AS Antony Blinken: Kami Bekerja di Belakang Layar

Wanita berusia 30 tahun itu adalah salah satu dari ratusan keluarga yang tinggal di utara dan timur Gaza yang meninggalkan rumah mereka pada Kamis malam, ketika tembakan artileri Israel yang hebat dan pemboman udara mengguncang tanah.

Keluarga tersebut melarikan diri dengan berjalan kaki, dan bergegas dalam kegelapan selama beberapa kilometer ke sekolah Gaza al-Jadeeda, salah satu dari sekian banyak sekolah yang dikelola oleh UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina.

“Tidak ada mobil atau transportasi yang tersedia,” kata al-Arbeed, yang rumahnya terletak di daerah Shujaiyah di timur laut Gaza.

Baca Juga: Cara Membuat Iga Bakar Madu yang Gurih dan Lezat ala Chef Sisca Soewitomo

Bagi Umm Jamal al-Attar, ini bukan kali pertama dia dan keluarganya mengungsi. Dia mengatakan bahwa dia menghabiskan 40 hari berlindung di sebuah sekolah selama perang Gaza 2014.

Pada saat itu, Israel membunuh lebih dari 2.100 warga Palestina, termasuk 1.462 warga sipil selama rentang 50 hari.

Umm Jamal, suami dan lima anaknya lari keluar dari rumah mereka di Atatra, di utara kota Beit Lahia, setelah rumah tetangga menjadi sasaran rudal Israel.

Baca Juga: Dampak Negatif Kekurangan Vitamin D yang Perlu Kamu Waspadai

Serangan itu menewaskan Lamya al-Attar dan ketiga anaknya, Amir, Islam dan Mohammed, yang tinggal di sebuah apartemen di lantai dua.

“Israel membombardir kami dengan rudal dan penembakan. Mereka juga menembakkan semacam gas,” kata Umm Jamal, seraya menambahkan bahwa dia belum bisa pulang ke rumah untuk mendapatkan pakaian atau makanan.

"Anak-anak kita perlu dialihkan perhatiannya dengan mainan atau apa pun yang akan mengalihkan pikiran mereka dari pemboman dan ketakutan yang mereka alami selama ini," katanya.

Baca Juga: Keluarga Rans Pergi ke Malang, Nagita Slavina dan Rafathar Kunjungi Istana Milik Juragan 99

Pengeboman Israel di Jalur Gaza yang terkepung telah menewaskan sedikitnya 201 warga Palestina, termasuk 58 anak-anak dan 35 wanita, menurut otoritas kesehatan Gaza. Lebih dari 1.300 lainnya terluka.

Israel telah melaporkan sedikitnya 10 orang, termasuk dua anak, tewas dalam serangan roket yang dilakukan oleh Hamas, kelompok Palestina yang menguasai Gaza.

Eskalasi dipicu ketika pasukan Israel menindak pengunjuk rasa di kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki, melukai ratusan warga Palestina.

Baca Juga: 'Perang Saudara' Pecah di Kota Lod Israel, Walikota Serukan Benjamin Netanyahu Tangani Situasi

Ketika Israel gagal memenuhi tenggat waktu Hamas untuk menarik pasukannya dari daerah sekitar kompleks masjid, Hamas menembakkan beberapa roket ke arah Yerusalem. Tak lama kemudian, Israel melakukan serangan udara di Gaza.

Menurut PBB, lebih dari 38.000 warga Palestina di Gaza telah mengungsi secara internal, dan mencari perlindungan di 48 sekolah UNRWA di seluruh wilayah pesisir.

Angka tersebut mencakup setidaknya 2.500 orang yang rumahnya hancur total dalam pemboman Israel.

Baca Juga: Cerita Saat Kunjungi Palestina, Annisa Pohan: Banyak Tentara Memperlihatkan Senjatanya

Dalam pernyataan singkatnya, juru bicara UNRWA Adnan Abu Hassan mengatakan badan tersebut telah mulai menyediakan beberapa kebutuhan dasar bagi keluarga pengungsi.

"Kami sangat membutuhkan dukungan," katanya, mengacu pada penutupan oleh Israel di perbatasan yang digunakan untuk membawa bantuan kemanusiaan.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah