Kota tersebut merupakan pusat perlawanan terhadap kudeta Myanmar, di mana pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi digulingkan.
"Saya diinterogasi. Begitu pula dia. Mereka bilang dia ada di pusat interogasi. Tapi dia tidak kembali, hanya tubuhnya," kata istrinya, Chaw Su, sambil menangis.
Baca Juga: Masjid Agung Purwokerto Rancangan Ridwan Kamil Berkonsep Seribu Bulan, Berikut Maknanya Dibaliknya
"Mereka menelepon saya di pagi hari dan mengatakan kepada saya untuk menemuinya di rumah sakit di Monywa. Saya pikir itu hanya untuk lengan yang patah atau semacamnya, tapi ketika saya tiba di sini, dia berada di kamar mayat dan organ dalamnya diambil keluar," katanya, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Straits Times.
Chaw Su mengatakan bahwa dia telah diberitahu di rumah sakit bahwa suaminya memiliki masalah jantung, tetapi tidak mau repot-repot membaca sertifikat kematian karena dia yakin itu tidak benar.
Menurut Chaw Su, tentara Myanmar telah berencana untuk menguburkannya, tetapi dia memohon kepada mereka untuk mengambil jenazah suaminya.
Akan tetapi, dia tidak mengatakan bagaimana dia tahu organ suaminya telah diambil.
"Dia meninggal di rumah sakit setelah disiksa di pusat interogasi," kata kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik dalam sebuah buletin yang menyebutkan jumlah warga sipil yang tewas sejak kudeta pada 780.
Kelompok tersebut, yang memantau rincian pembunuhan, tidak mengidentifikasi sumber informasinya.