"Tidak ada yang berani memanggilku setelah mabuk," kata Mar Chrysostom dan semua tertawa terbahak-bahak untuk menghargai kecerdasannya.
Dalam pidato dan tulisannya, dia selalu mempertanyakan keyakinan yang kaku dalam gayanya yang unik dan mendorong orang-orang percaya untuk menjalani hidup yang bahagia dan puas daripada mengeluh.
Baca Juga: Mulai 6 Mei, SIKM Mulai Diberlakukan Bagi yang Berpergian ke Luar dan Masuk Area Jabodetabek
CM Pinarayi Vijayan telah menyampaikan belasungkawa menyebut kematiannya sebagai kerugian besar bagi negara
Pada tahun 2018, negara menganugerahinya penghargaan sipil tertinggi ketiga, Padma Bhushan.
Pada 2017, gereja mengumumkan program yang disebut gerakan Navodaya untuk kesejahteraan dan pengarusutamaan komunitas transgender untuk menandai ulang tahunnya yang ke-100.
Baca Juga: Mengenang Setahun Kepergian Didi Kempot, Yan Vellia: Kami Merindu Selalu
Salah satu uskup tertua di negara itu, ia ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1944 dan menjadi uskup pada tahun 1953.
Ia menjadi Metropolitan Gereja Marthoma pada tahun 1999 dan tetap di sana sampai pensiun pada tahun 2010 karena penyakit yang berkaitan dengan usia.
Mar Chrysostom dekat dengan beberapa pemimpin tertinggi negara termasuk mantan Presiden K R Narayanan dan perdana menteri A B Vajpayee.***