"Kami tidak ingin Iran berada dalam situasi yang sulit, sebaliknya kami ingin Iran menjadi makmur dan tumbuh," katanya.
"Kami memiliki kepentingan di Iran dan mereka memiliki kepentingan di Kerajaan untuk mendorong kawasan dan dunia menuju pertumbuhan dan kemakmuran," sambung Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Baca Juga: Lirik Lagu Gratata yang Baru Saja Dirilis Girl Grup K-Pop Rookie HOT ISSUE
Hal ini tentu saja kontras dengan pernyataan Pangeran Mohammed pada 2017 lalu.
Setelah menjadi putra mahkota, ia menyebut pemimpin tertinggi Iran sebagai Hitler baru di Timur Tengah.
Awal tahun itu, Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengatakan setiap kontes untuk memengaruhi antara musuh bebuyutan seharusnya terjadi di dalam Iran, bukan di Arab Saudi.
Dengan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengambil sikap yang lebih keras pada catatan hak asasi manusia Arab Saudi.
Selain itu, mendesak untuk mengakhiri perang Yaman, Putra Mahkota Mohammed bin Salman telah bergerak untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah mitra berharga yang dapat membantu menstabilkan kawasan itu.
Para pejabat Saudi dan Iran mengadakan pembicaraan langsung bulan ini, enam tahun setelah memutuskan hubungan diplomatik tentang Yaman dan perjanjian nuklir 2015 antara kekuatan global dan Iran, yang ditentang Riyadh karena tidak menangani program rudal Teheran dan proksi regional.