PR CIREBON - Kasus kematian pembekuan darah yang terjadi di Amerika Serikat (AS), membuat publik khawatir terhadap suntikan vaksin berdosis tunggal salah satunya vaksin Johnson & Johnson.
Pasalnya, lebih dari 7 juta orang di AS telah menerima vaksin, termasuk diantaranya vaksin Johnson & Johnson.
Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari The Guardian, European Medicines Agency (EMA) telah menemukan kemungkinan hubungan antara vaksin Johnson & Johnson dan kasus gangguan pembekuan darah yang langka.
Baca Juga: Dengarkan dan Sampaikan Keluhan Petani di Indramayu, Jokowi: Ini Masukan yang Baik
Kemudian, EMA merekomendasikan peringatan harus ditambahkan ke informasi produk vaksin, tetapi menekankan bahwa manfaat suntikan melebihi risikonya.
EMA mengatakan, telah memeriksa delapan kasus serius pembekuan darah yang tidak biasa terkait dengan rendahnya tingkat trombosit darah.
Diketahui, kasus terjadi pada orang di bawah 60 tahun, sebagian besar wanita dalam tiga minggu setelah vaksinasi.
Baca Juga: Taemin SHINee Ungkap Tanggal Resmi Dirinya Wamil, Shawol: Bagaimana Ini Bisa Terjadi?
“Ini adalah efek yang sangat jarang, tetapi sangat penting bagi dokter dan pasien untuk menyadari tanda-tandanya sehingga mereka mencari bantuan spesialis,” kata Direktur eksekutif EMA Emer Cooke.