PR CIREBON – Berbagai jenis vaksin Covid-19 yang diproduksi banyak negara digunakan untuk program vaksinasi di dunia.
Beberapa vaksin Covid-19 tersebut termasuk Sinovac dari Tiongkok, AstraZeneca dari Inggris dan Swedia, serta Pfizer dari Amerika Serikat (AS) yang bekerja sama dengan BioNTech dari Jerman.
Berbagai macam vaksin Covid-19 itu memiliki tingkat perlindungan yang berbeda-beda, berdasarkan uji coba.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Aries Hari Ini, Senin, 12 April 2021: Warna Spiritualmu adalah Hijau
Vaksin Pfizer misalnya, ditemukan memiliki keefektifan hingga 97 persen dalam uji coba.
Sedangkan vaksin buatan Tiongkok, Sinovac, ditemukan memiliki keefektifan sebesar 50,4 persen setelah dilakukan penelitian di Brazil.
Sebagaimana diberitakan di Pikiran Rakyat dalam artikel "Pengakuan Pejabat Tiongkok: Vaksin China Tidak Memiliki Perlindungan yang Sangat Tinggi" pejabat Tiongkok memberikan pengakuan yang jarang tentang kelemahan vaksin Covid-19 Tiongkok dengan menyebutkan tingkat keefektifan yang rendah.
Baca Juga: Ramalan Horoskop Cinta Mingguan, 12-18 April 2021: Libra Ucapkan Hal yang Sulit
"(Vaksin Tiongkok) tidak memiliki tingkat perlindungan yang sangat tinggi," kata direktur Pusat Pengendalian Penyakit Tiongkok, Gao Fu, pada konferensi Sabtu, 10 April 2021 di kota barat daya Chengdu, seperti dikutip dari Japan Today.
Tiongkok telah mendistribusikan ratusan juta dosis vaksin di negara lain, namun juga mencoba meragukan keefektifan vaksin Barat.
“Sekarang dalam pertimbangan resmi apakah kami harus menggunakan vaksin yang berbeda dari jalur teknis yang berbeda untuk proses imunisasi,” kata Gao.
Baca Juga: Ramalan Horoskop Cinta Mingguan, 12-18 April 2021: Virgo Jangan Lihat ke Belakang, Leo Uji Diri Anda
Tingkat efektivitas vaksin Covid-19 dari Sinovac, pengembang Tiongkok, dalam mencegah infeksi gejala telah ditemukan serendah 50,4 persen oleh para peneliti di Brasil.
Sebagai perbandingan, vaksin yang dibuat oleh Pfizer memiliki tingkat efektif 97 persen.
Gao Fu tidak memberikan rincian kemungkinan perubahan dalam strategi, tetapi ia menyebutkan mRNA, teknik eksperimental sebelumnya yang digunakan oleh pengembang vaksin Barat sementara pembuat obat Tiongkok menggunakan teknologi tradisional.
“Setiap orang harus mempertimbangkan manfaat vaksin mRNA bagi umat manusia. Kita harus mengikutinya dengan hati-hati dan tidak mengabaikannya hanya karena kita sudah memiliki beberapa jenis vaksin," kata Gao.
Gao sebelumnya mengajukan pertanyaan tentang keamanan vaksin mRNA.
Media pemerintah Tiongkok dan blog kesehatan dan sains populer juga mempertanyakan keamanan dan efektivitas vaksin Pfizer, yang menggunakan mRNA.
Menurut Gao, pada 2 April 2021, sekitar 34 juta orang telah menerima kedua dosis yang dibutuhkan oleh vaksin Tiongkok dan sekitar 65 juta menerima satu.
Para ahli mengatakan mencampurkan vaksin, atau imunisasi berurutan, dapat meningkatkan tingkat keefektifan.
Percobaan di seluruh dunia sedang melihat pencampuran vaksin atau memberikan suntikan penguat setelah jangka waktu yang lebih lama.
Sementara itu para peneliti di Inggris sedang mempelajari kemungkinan kombinasi vaksin Pfizer dan AstraZeneca.*** (Julkifli Sinuhaji/Pikiran Rakyat)