Demonstran terus membanjiri jalan-jalan kota di seluruh Myanmar sejak junta militer merebut kekuasaan dan menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.
Baca Juga: Pasca Aksiden Berdarah, Aktivis Myanmar Berjanji Lakukan Demonstrasi Besar-besaran Lawan Militer
Jumlah demonstran tetap semakin banyak meski pasukan keamanan berulang kali menembakkan gas air mata, peluru karet, peluru tajam untuk membubarkan massa, dan menangkap pengunjuk rasa secara massal.
Meningkatnya tindakan keras junta telah menyebabkan peningkatan upaya diplomatik untuk menyelesaikan krisis politik Myanmar.
Belum jelas apakah angka kematian yang melonjak dapat mengubah dinamika politik di negara itu.
Baca Juga: Buat Geger, Jasad Bayi Ditemukan Pemulung dalam Bungkusan di Tumpukan Sampah
Dewan Keamanan PBB diperkirakan akan mengadakan pertemuan tertutup mengenai situasi pada Jumat, 5 Maret 2021.
Sebelumnya, utusan khusus PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener mengatakan dia menerima sekitar 2.000 pesan per hari dari orang-orang di dalam Myanmar.
"Banyak yang sangat ingin melihat tindakan dari internasional dari masyarakat," katanya kepada wartawan di markas besar PBB di New York, AS, pada Rabu, 3 Maret 2021.*** (Julkifli Sinuhaji/Pikiran Rakyat)