PR CIREBON – Kudeta militer di Myanmar masih berlanjut hingga sekarang, menyebabkan protes besar-besaran oleh rakyat negara itu.
Selama protes kudeta yang telah berlangsung berminggu-minggu di Myanmar, ASEAN termasuk Indonesia telah berusaha menengahi masalah itu.
Namun, protes kudeta di Myanmar itu masih belum berakhir, dengan militer yang kini berlaku lebih keras terhadap pengunjuk rasa.
Baca Juga: Atta dan Aurel akan Segera Menikah, Krisdayanti Buka Suara: Saya Tidak Mempermasalahkan
Bahkan tindakan mencegah para pengunjuk rasa itu kini semakin ditingkatkan oleh militer Myanmar.
Hingga Rabu, 3 Maret 2021 kemarin, aparat keamanan di Myanmar dilaporkan membunuh sedikitnya 34 pengunjuk rasa dan menangkap ratusan orang lainnya, termasuk wartawan.
Sebagaimana diberitakan di Pikiran Rakyat dengan judul "Junta Myanmar Bunuh 34 Demonstran Antikudeta, Ratusan Orang Ditangkap" yang dikutip dari AP News, jumlah kematian itu menjadi yang tertinggi sejak penggulingan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021 lalu.
Video yang beredar di media sosial juga menunjukkan aparat keamanan menembakkan ketapel ke arah demonstran, mengejar dan bahkan secara brutal memukuli petugas ambulans.
Korban tewas diperkirakan lebih banyak. Suara Demokratik Burma, televisi independen dan layanan berita online, menghitung ada 38 kematian.